Obat atau Racun? MTI Nilai Subsidi Motor Listrik Cuma Beban Baru, Tagih Janji Prabowo untuk Angkutan Umum

loading…

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menganggap kebijakan subsidi motor listrik tidak sesuai dengan kondisi riil di masyarakat. Foto: Maka

JAKARTA – Di tengah himpitan ekonomi, saat daya beli masyarakat melemah dan tabungan menipis, pemerintah menawarkan solusi: subsidi untuk beli motor listrik baru. Tapi, pertanyaan kritis muncul di publik: apa kebijakan ini bener-bener solusi, atau malah jadi racun yang nambah beban?

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyuarakan kritiknya dengan keras. Mereka minta pemerintah untuk hentikan program itu dan alihkan dananya ke sektor yang lebih penting dan mendesak: angkutan umum.

MTI juga menagih janji Presiden Prabowo Subianto yang sudah diucapkan tapi belum direalisasikan, sambil menyebut kebijakan ini sebagai “beban baru bagi masyarakat.”

“Di saat tabungan masyarakat habis dan ada tekanan inflasi, pemerintah malah mendorong konsumsi baru lewat subsidi motor listrik. Ini malah nambah beban, bukan bantu rakyat,” kata Ketua Umum MTI, Tory Damantoro, dalam pernyataan resmi.

Salah Sasaran, Salah Waktu

Menurut MTI, kebijakan subsidi motor listrik ini kontra-produktif dengan kondisi nyata di masyarakat. Saat orang butuh stimulus untuk memperluas lapangan kerja dan naikkan pendapatan, pemerintah justru mendorong mereka untuk keluarkan uang lagi.

“Masyarakat berharap stimulus buat perluas lapangan kerja dan naikkan pendapatan. Motor listrik tidak menjawab itu,” ujar Wakil Ketua MTI, Djoko Setijowarno. Dia tekankan bahwa produk konsumtif seperti motor listrik malah akan menjerat masyarakat dalam kewajiban baru seperti cicilan dan biaya perawatan.

MEMBACA  Perang Gaza: Mengapa PBB menyebut angka kematian lebih rendah untuk wanita dan anak-anak?