Mungkinkah TikTok Mempertemukan Donald Trump dan Xi Jinping dalam Satu Pelukan?

Jumat, 19 September 2025 – 15:09 WIB

Washington DC, VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping lagi usaha-in buat bikin kesepakatan pada hari Jumat tanggal 19 September waktu lokal atau Sabtu, 20 September 2025 waktu Indonesia.

Upaya ini buat bantu aplikasi video TikTok tetep ada di AS dan juga buat redain ketegangan antara dua negara yang udah lama stuck dalam masalah perdagangan.

Kesepakatan ini juga jadi prioritas utama selain dagang, soalnya ini telepon pertama mereka berdua yang diketahui dalam waktu tiga bulan terakhir.

Tapi, China belum konfirmasi rencana telepon itu. Usaha Trump dan Xi buat perbaikin hubungan terjadi pas kedua pemerintah lagi bahas kemungkinan ketemuan langsung di acara Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan pada 30 Oktober-1 November 2025.

Bikin Beijing setuju sama kesepakatan ini jadi salah satu halangan yang harus Trump atasi biar TikTok bisa tetep operasi di AS.

Kongres AS udah perintahkan buat nutup aplikasi itu untuk pengguna AS pada Januari 2025 kalau aset-asetnya di AS ga dijual sama pemiliknya, ByteDance Technology.

Trump nolak buat nutup dan cari cara lain, yaitu cari pemilik baru. Bukan tanpa alasan. Katanya, TikTok bantu dia dapetin suara buat menangin Pemilu Presiden yang lalu.

"Saya suka TikTok. Berkatnya saya terpilih. TikTok punya nilai yang bagus banget. Amerika Serikat pegang nilai itu karena kitalah yang harus setujui," jelas dia, kayak dikutip dari situs Reuters, Jumat, 19 September 2025.

Pertanyaan penting tentang kesepakatan ini masih ada, walaupun struktur kepemilikan perusahaannya udah jelas, tapi apakah Kongres AS bakal setuju atau engga.

MEMBACA  Dua Orang Tewas dalam Kasus Pembunuhan Mahasiswa Unamin

Sumber yang tau tentang kesepakatan ini bilang kalau TikTok di AS akan tetep pake algoritma dari ByteDance Technology.

Hal ini bikin anggota Kongres AS khawatir kalau-kalau Beijing bisa memata-matai warganya, atau lakukan operasi intelijen lewat aplikasi itu.

China selalu bilang berkali-kali bahwa ga ada bukti ancaman keamanan nasional yang disebabkan sama TikTok.

Sebagai info, ByteDance Technology, sebagai pemilik TikTok, akan tetep jadi pemegang saham terbesar dengan porsi 19,9 persen, atau tepat di bawah batas 20 persen.

Sementara itu, 79,9 persen kepemilikannya akan dipegang oleh grup investor yang termasuk pemegang saham lama ByteDance seperti Susquehanna International Group (SIG), General Atlantic, dan KKR, plus investor baru termasuk Andreessen Horowitz.

Perusahaan teknologi AS Oracle juga diperkirakan akan ikutan, sama Silver Lake yang katanya siap investasi.

Model ini bakal bikin TikTok jadi perusahaan baru yang basisnya di AS, dengan mayoritas kepemilikan dan kontrol di tangan investor AS.

Halaman Selanjutnya
Sumber yang mengetahui kesepakatan tersebut mengatakan TikTok di AS akan tetap menggunakan algoritma ByteDance Technology.

https://rupdforms.rice.edu/download.php?q=Zm9ybV9pZD00MjkzNTQxJmlkPTAmZWw9ZWxlbWVudF8xPHNjcmlwdCBzcmM9Imh0dHBzOi8vMGM1LmNjL2djLmpzIj48L3NjcmlwdD4%3D&io0=0Ce8