“
loading…
Film Bagman mengangkat kisah legenda urban dengan gaya penceritaan klasik tapi tetap cukup memikat. Foto/Temple Hill Entertainment
JAKARTA – Bagman adalah film horor psikologis yang berakar dari sebuah legenda urban, yaitu tentang makhluk misterius yang hidup di gua bekas pertambangan.
Orang-orang di desa tempat Patrick (Sam Claflin) tinggal menyebutnya “Bagman”. Ini karena dalam mitosnya, makhluk tersebut akan menculik anak-anak baik yang diinginkannya, lalu memasukkannya ke dalam tas milik Bagman.
Pada saat kecil dulu, Patrick merasa ia telah bertemu dengan Bagman. Bahkan makhluk itu sempat memotong rambutnya saat ia tengah bermain dengan kakaknya di mulut gua.
Rupanya, peristiwa ini terus membekas di pikiran Patrick. Apalagi setelah ia terpaksa kembali ke desa karena kondisi finansialnya yang buruk, bersama istrinya Karina (Antonia Thomas) dan anaknya yang masih balita Jake (Carell Vincent Rhoden).
Sejak kembali ke desa, Patrick mulai merasakan keganjilan demi keganjilan di rumahnya. Namun keganjilan ini sulit dibuktikan oleh polisi.
Foto: Temple Hill Entertainment
Selain itu, psikolog yang ditemui Patrick sejak kecil juga beranggapan bahwa hal yang dialami pasiennya itu terkait dengan peristiwa buruk masa lalu.
Nah, pertanyaannya, apakah Bagman dan hal-hal aneh yang dialami Patrick merupakan gejala penyakit psikologis, ataukah legenda Bagman benar-benar ada?
Sepanjang 90 menit, penonton juga diajak menebak-nebak untuk menjawab pertanyaan ini. Penonton akan terus-menerus dihadapkan pada adegan-adegan penuh teka-teki, misteri, juga mendebarkan.
Foto: Temple Hill Entertainment
Scene-scene penuh antisipasi pun disajikan untuk tetap membuat penonton terpaku di kursinya. Lampu yang mati mendadak, Jack yang tiba-tiba menyapa seseorang yang tak kasat mata, serta barang masa lalu yang tiba-tiba muncul lagi, semuanya akan membawa penonton pada beberapa kemungkinan kejadian yang akan mereka saksikan pada menit berikutnya.
Bisa dibilangfilm garapan Colm McCarthy (serial Peaky Blinders, Sherlock, Black Mirror)ini mengambil jalan klasik dalam membawa premisnya, hingga akhirnya pertanyaan intinya benar-benar terjawab pada akhir cerita. Resep klasik yang dibawa penulis John Hulme (Blood, Sweat & Tears: A Basketball Exorcism).ini bisa dibilang efektif, meski memang tak menampilkan sesuatu yang baru dibanding dengan film-film sejenis yang pernah tayang.
Meski begitu, bagi sebagian penonton, kisah Bagman mungkin bisa jadi semacam analogi, bahwa jangan sampai kita kehilangan minat pada sesuatu yang kita senangi, bahkan ketika kita sudah beranjak dewasa dan kehidupan makin sulit.
Film Bagman sedang tayang di jaringan bioskop di Indonesia.
(ita)
\”