Jakarta (ANTARA) – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya untuk menyebarluaskan dan mempopulerkan status bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
"Bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa resmi ke-10 UNESCO. Saya percaya ini perlu disosialisasikan," kata Zon di Museum Nasional pada hari Kamis.
Menurut menteri, bahasa Indonesia tercatat memiliki lebih dari 300 juta penutur di berbagai negara di seluruh dunia.
Dia menambahkan, "Indonesia, Malaysia, Timor Leste, dan Brunei disatukan oleh bahasa pengantar mereka, yaitu bahasa Indonesia atau Melayu," merujuk pada bahasa Melayu yang memiliki kemiripan tinggi dengan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa resmi ke-10 UNESCO pada 20 November 2023, setelah disahkannya Resolusi 42 C/28 secara aklamasi selama Sesi ke-42 Konferensi Umum UNESCO.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti berbicara dalam bahasa Indonesia di hadapan sidang UNESCO untuk pertama kalinya saat menyampaikan pidatonya dalam Sesi ke-43 Konferensi Umum pada hari Selasa (4 November).
Dengan memaparkan serangkaian kebijakan pendidikan di bawah Presiden Prabowo Subianto, Mu’ti menekankan keyakinan Indonesia bahwa solusi untuk tantangan global tidak hanya terletak pada kekuasaan atau ekonomi, tetapi juga pada manusia yang tercerahkan melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya, serta komunikasi dan informasi yang terbuka.
"Nilai-nilai dasar ini menegaskan pendirian Indonesia bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap anak dan tidak ada seorang pun yang boleh tertinggal," ujarnya.
Mu’ti menyatakan pemerintah Indonesia telah meluncurkan kebijakan Pendidikan Berkualitas untuk Semua sebagai bagian dari amanat UUD 1945 dan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto serta menginisiasi Gerakan Universal untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 (SDG 4).
Di antara program utamanya adalah penerapan pendekatan pembelajaran mendalam yang mempromosikan pendidikan yang penuh kesadaran, bermakna, dan menyenangkan serta memperkenalkan kecerdasan buatan, pengkodean, dan pendidikan karakter.
Dia juga melaporkan bahwa angka partisipasi sekolah untuk anak usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun masing-masing telah mencapai 99,19 persen dan 96,17 persen.
Berita terkait: Pemerintah dukung nominasi aksara daerah sebagai warisan UNESCO
Berita terkait: Indonesia evaluasi kurikulum bahasa Portugis untuk sekolah
Berita terkait: Prabowo akan perkenalkan bahasa Portugis di sekolah Indonesia
Penerjemah: Sinta Ambarwati, Nabil Ihsan
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025