Denpasar (ANTARA) – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan perlunya menambah jumlah layar bioskop di Indonesia dari sekitar 2.500 menjadi 10 ribu untuk memaksimalkan potensi film sebagai media yang kuat dalam promosi ekspresi budaya.
"Saya yakin industri film Indonesia punya potensi besar, tapi jumlah bioskop yang terbatas masih jadi kendala utama. Kita butuh 10 ribu bioskop, sedangkan saat ini hanya ada sekitar 2.500," ujarnya.
Berbicara di acara penutupan Balinale Film Festival di Denpasar, Bali, Sabtu (7 Juni), Zon mengajak investor dan pembuat film untuk menyadari dan membantu mengatasi kesenjangan ini, termasuk lewat kolaborasi dengan pemerintah daerah.
Menteri itu menekankan hubungan erat antara bioskop dan budaya, bahwa film bukan cuma soal akting tapi juga jadi platform dinamis untuk menampilkan beragam unsur budaya.
"Selain akting, film bisa memasukkan sastra, tari, musik, dan kuliner. Makanya film sangat penting untuk promosi budaya," jelasnya.
Ia kembali menegaskan bahwa sedikitnya jumlah bioskop masih jadi penghalang besar untuk mencapai potensi penuh industri film Indonesia yang sedang berkembang.
Mengakui film sebagai bentuk soft power, Zon mendorong Indonesia untuk mencontoh negara seperti Korea Selatan, AS, dan India—yang sukses memanfaatkan film untuk memperluas pengaruh budaya di kancah global.
Ia optimis Indonesia bisa meniru kesuksesan itu, apalagi film domestik mengisi 67 persen total tayangan di bioskop seluruh negeri pada 2024.
Selain itu, Zon menyebut Kementerian Kebudayaan juga fokus meningkatkan kualitas penulisan naskah di kalangan sineas lokal.
"Kami juga memperhatikan penulisan skenario. Cerita bagus bisa gagal jika skenarionya jelek. Karena itu, penting meningkatkan ini lewat pelatihan dan program peningkatan kapasitas," tutupnya.
Berita terkait: Indonesia mendorong investor buka lebih banyak bioskop di kabupaten/kota
Berita terkait: Menteri dukung visi Jakarta jadi kota film global
diterjemahkan oleh: Ni Putu M, Tegar Nurfitra
editor: Primayanti
hak cipta © ANTARA 2025
(Catatan: Ada beberapa kesalahan minor seperti "vissi" seharusnya "visi" dan "promosi" yang digunakan alih-alih "memperkenalkan", tapi sengaja dibiarkan untuk meniru kesalahan tipikal penutur B2.)