Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyatakan dukungannya terhadap pembentukan kekuatan militer cyber, yang diusulkan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo.
“Banyak yang berharap untuk hal ini, mengingat banyak negara telah membentuk unit cyber sebagai cabang militer keempat,” kata dia di Jakarta pada hari Jumat.
Dia menekankan pentingnya Indonesia mengikuti contoh negara tetangga di Asia Tenggara Singapura, yang telah membentuk cabang militer yang fokus pada keamanan cyber.
Pada hari yang sama, Soesatyo mengatakan bahwa saatnya bagi negara untuk mulai mempersiapkan pendirian cabang cyber Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dia mengatakan bahwa keberadaan kekuatan cyber akan memperkuat tiga cabang yang ada: TNI AD (angkatan darat), TNI AL (angkatan laut), dan TNI AU (angkatan udara).
Soesatyo menegaskan bahwa dunia telah memasuki era Internet of Military Things (IoMT), atau dikenal sebagai Internet of Battlefield Things (IoBT), ditandai dengan kemampuan negara-negara untuk meluncurkan operasi militer secara remote tanpa mengorbankan akurasi.
Dia menyatakan keyakinannya bahwa kekuatan militer cyber sangat penting bagi Indonesia mengingat posisi geopolitik negara di tengah-tengah tiga negara anggota Persemakmuran Bangsa-Bangsa—Malaysia, Singapura, dan Australia.
Dia mencatat bahwa tiga negara tersebut merupakan pihak dalam Perjanjian Pertahanan Lima Kekuatan (FFDA), bersama dengan Britania Raya dan Selandia Baru.
Selain itu, Indonesia berpotensi terpengaruh oleh persaingan kekuasaan antara Rusia, China, dan Amerika Serikat, tambah Soesatyo.
Soesatyo mengatakan bahwa serangan cyber baru-baru ini terhadap pusat data nasional seharusnya dianggap sebagai peringatan.
Berita terkait: TNI Indonesia membutuhkan cabang keempat: kekuatan militer cyber
Berita terkait: Militer Indonesia memperkuat unit cyber, drone: Panglima TNI
Penerjemah: Rio F, Tegar Nurfitra
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024