Kementerian Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa dorongan untuk meningkatkan gizi masyarakat perlu disertai dengan ketersediaan akses gratis dan merata ke fasilitas kesehatan.
Dia mengatakan hal itu di Jakarta pada hari Senin sebagai tanggapan terhadap pembentukan Badan Gizi Nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dia mengatakan bahwa intervensi kesehatan terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah kuratif, misalnya, intervensi di rumah sakit.
Yang kedua adalah promosi dan preventif, yang diberikan melalui posyandu terpadu, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya dan meliputi penyediaan nutrisi seimbang untuk memastikan agar orang tetap sehat, tambahnya.
“Yang sedang dilakukan sekarang adalah upaya preventif, mencegah orang menjadi sakit atau menjaga agar tetap sehat. Salah satu program preventif adalah skrining atau deteksi dini,” katanya.
Dia juga mengungkapkan harapannya bahwa di masa depan, posyandu dan puskesmas akan mampu mendeteksi keberadaan senyawa etilen glikol atau bahan kimia dalam sirup seperti parasetamol, yang dapat menyebabkan penyakit ginjal pada anak-anak.
“Jika ada tes etilen glikol, kita dapat melakukannya di tingkat provinsi,” katanya.
Sadikin menegaskan bahwa untuk melakukan deteksi dini, layanan kesehatan di daerah memerlukan fasilitas laboratorium yang memadai.
“Ada dua jenis laboratorium kesehatan, laboratorium klinis seperti di rumah sakit dan laboratorium kesehatan masyarakat,” katanya.
Menteri juga mengatakan bahwa untuk mendukung peningkatan gizi masyarakat, baik posyandu maupun puskesmas harus dapat memeriksa kualitas udara dan sanitasi.
“Periksa apakah udara tercemar atau tidak, apakah air bersih atau tidak. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh laboratorium kesehatan masyarakat mulai dari tingkat posyandu, puskesmas, baik di kabupaten maupun kota,” tambahnya.