Menghapus Foto Profil WhatsApp atau Menonaktifkan Instagram saat Mengalami Tekanan Emosional, Ini 5 Maknanya Menurut Psikologi

Sabtu, 12 April 2025 – 13:20 WIB

Jakarta, VIVA – Pernah melihat seseorang yang tiba-tiba menghapus foto profil WhatsApp-nya? Atau mendadak menghilang dari Instagram tanpa kabar?

Baca Juga:

Kenapa Kita Sering Scroll HP Padahal Nggak Cari Apa-apa? Ini 5 Penjelasan Psikologinya

Fenomena “digital withdrawal” atau menghilang dari media sosial saat menghadapi masalah bukanlah hal yang langka.

Menurut para ahli, tindakan ini bukan sekadar drama atau mencari perhatian, tapi bisa jadi mekanisme pertahanan psikologis untuk mengatasi emosi yang tidak nyaman.

Baca Juga:

Pakai WhatsApp Sekarang Makin Nyaman

Menurut psikolog klinis Tasya Amelia, M.Psi, banyak orang memilih menjauh dari media sosial sebagai bentuk coping mechanism, yaitu strategi untuk meredam stres atau beban pikiran.

“Media sosial bisa menjadi pemicu tambahan stres. Dengan menonaktifkan akun atau menghapus foto profil, seseorang menciptakan ruang aman untuk memproses emosinya,” ujar Psikolog Tasya dikutip dari Hello Sehat.

Ini terutama berlaku bagi mereka yang merasa overwhelmed oleh informasi, tekanan sosial, atau bahkan perasaan tidak ingin terlihat “baik-baik saja” di depan orang lain.

Menghapus foto profil atau menghilang tanpa kata bisa juga menjadi bentuk komunikasi non-verbal. Menurut artikel Psychology Today oleh Dr. Guy Winch (2020), tindakan ini kadang merupakan cara tidak langsung untuk mengatakan, “Saya sedang tidak baik-baik saja.”

“Banyak orang kesulitan mengekspresikan emosinya secara langsung, sehingga mereka menggunakan sinyal digital sebagai kode emosi,” tulis Dr. Winch seperti dilansir Psychology Today.

Dalam konteks ini, menghapus jejak digital bisa dimaknai sebagai permintaan diam-diam untuk diperhatikan, atau minimal dihargai ruang privasinya.

Media sosial kerap jadi arena perbandingan yang tidak sehat. Melihat pencapaian orang lain, hubungan yang tampak bahagia, atau gaya hidup ideal bisa memperparah kondisi mental seseorang yang sedang rapuh.

MEMBACA  Borneo FC Melaju ke Final Piala Presiden Setelah Mengalahkan Persija, Namun Pelatih Huistra Masih Tidak Puas

Sebuah studi oleh Royal Society for Public Health UK (2017) menemukan bahwa Instagram merupakan platform media sosial paling berdampak negatif terhadap kesehatan mental anak muda, terutama terkait body image, FOMO, dan kecemasan sosial.

Karena itu, banyak orang secara intuitif menjauh dari media sosial sebagai upaya perlindungan diri, agar tidak merasa semakin rendah diri atau tertekan.

Dalam kondisi mental yang tidak stabil, seseorang bisa merasa hidupnya tidak terkendali. Menghapus foto profil atau menonaktifkan akun sosial bisa memberi ilusi kontrol atas sesuatu, sekecil apa pun itu.

Psikolog dari University of Texas, Dr. Art Markman, menyebut ini sebagai bentuk assertive action, yakni saat seseorang melakukan sesuatu agar merasa memegang kendali, meskipun hal itu hanya bersifat simbolis.

Jika kebiasaan menghilang dari media sosial dilakukan berulang, bahkan disertai dengan penarikan diri dari lingkungan sekitar secara ekstrem, ini bisa jadi sinyal adanya masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi atau gangguan kecemasan.

Organisasi kesehatan mental Mind UK menyarankan, jika kamu atau orang terdekat menunjukkan pola ini secara terus-menerus, jangan ragu untuk menawarkan bantuan atau mengajak bicara secara empatik.

Kesimpulan:

Menghapus foto profil WhatsApp atau menonaktifkan Instagram bukan berarti seseorang sedang mencari perhatian semata.

Bisa jadi itu adalah bentuk pertahanan diri, pelampiasan emosi, atau upaya mengontrol situasi emosional yang sedang mereka alami.