Para pengungsi Palestina membangun tenda-tenda di Rafah, dekat tembok perbatasan dengan Mesir. Foto/REUTERS
RAFAH – Konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina telah menyebabkan situasi pengungsian yang tragis, terutama di Rafah, sebuah kota di Jalur Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir. Serangan militer Israel yang kejam telah mengakibatkan banyak penduduk Jalur Gaza terpaksa mengungsi. Saat ini, sebagian besar pengungsi tersebut berada di Rafah untuk menyelamatkan diri. Namun, Israel terus melancarkan serangan udara ke Rafah, menewaskan banyak pengungsi.
Sikap Mesir dalam menghadapi situasi pengungsi di Rafah tampaknya tidak jelas atau bisa dianggap acuh tak acuh. Mesir, sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Rafah dan sebagai anggota Liga Arab, memiliki posisi strategis dalam konflik ini. Namun, Mesir terlihat terjepit antara keinginan untuk menentang serangan Israel dan kebutuhan untuk menjaga hubungan baik dengan rezim Zionis tersebut.
Sebagai respons terhadap situasi ini, Mesir telah membangun tembok di perbatasan Rafah setelah Israel mengumumkan rencana untuk meningkatkan serangan darat ke wilayah tersebut. Mesir menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menampung pengungsi Palestina atau menyediakan pusat logistik untuk bantuan ke Gaza.
Keputusan Mesir dalam menghadapi krisis pengungsi di Rafah memiliki dampak yang signifikan. Jika Mesir memilih untuk menampung pengungsi, hal ini bisa diartikan sebagai dukungan tidak langsung terhadap Israel. Sebaliknya, jika Mesir menolak pengungsi, hal ini bisa diartikan sebagai penelantaran terhadap rakyat Palestina yang berada dalam situasi sulit akibat genosida Israel.