Mengapa Burung Bernyanyi saat Tidur? Ini Penjelasannya

Burung Kiskadee Agung sangat bising dan agresif. (Foto: All About Birds)
JAKARTA – Fenomena burung berkicau saat tidur telah menjadi perhatian para peneliti sejak lama. Kini mereka telah membuat terobosan baru dalam memahami tidur burung dan menerjemahkan melodi yang tenang tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan di Universitas Buenos Aires, ditemukan ada wilayah otak yang bertanggung jawab atas nyanyian burung selama tidur. Daerah-daerah ini memiliki pola yang mirip ketika burung-burung terjaga dan berkicau.
Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa pola otak ini menyebabkan gerakan otot halus pada saluran suara burung yang sedang tidur. Hal ini menghasilkan “lagu keheningan”.
Saat burung tidur, bagian otak yang bertanggung jawab atas nyanyian di siang hari tetap aktif dan menunjukkan pola yang mirip dengan yang terlihat saat mereka bangun. Para peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa pola otak ini mengaktifkan otot vokal pada burung, memungkinkan mereka “memutar ulang” lagu secara diam-diam saat tidur.
Namun hingga saat ini belum bisa dipetakan bagaimana penanganan aktivitas malam hari tersebut. Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti menerjemahkan gerakan otot vokal burung saat bermimpi menjadi lagu sintetis. “Mimpi adalah salah satu bagian paling intim dan sulit dipahami dalam keberadaan kita,” kata pakar mekanisme fisik di balik nyanyian burung dan penulis studi tersebut, Gabriel Mindlin dilansir dari New Atlas, Rabu (17/4/2024).
“Mengetahui bahwa kita berbagi sesuatu dengan spesies yang berada jauh, dan masuk ke dalam pikiran seekor burung yang bermimpi dan mendengar seperti apa mimpi itu, sungguh mengharukan. Kesempatan untuk didengarkan adalah godaan yang tak tertahankan.”
Suara burung dihasilkan oleh organ unik yang hanya terdapat pada burung tersebut. Terletak di dasar trakea, udara yang mengalir melaluinya menyebabkan sebagian atau seluruh dinding organ bergetar, dan kantung udara di sekitarnya bertindak seperti ruang resonansi. Nada suara yang dihasilkan tergantung pada nada otot-otot di sekitar narsisis dan saluran udara.
Para peneliti memilih burung kuning dari Brasil, yaitu Kiskadee Agung untuk penelitian karena merupakan spesies yang digunakan dalam penelitian sebelumnya. Burung yang bising dan agresif ini, ditemukan di seluruh Amerika Tengah dan Selatan, dikenal dengan panggilan tiga suku kata. Faktanya, namanya berasal dari panggilan “kiss-ka-dee”. Kiskadees mengeluarkan kicauan khas saat mempertahankan wilayahnya.

MEMBACA  Pengiriman Juli Li Auto mencetak rekor saat pembeli mobil listrik China lebih memilih mobil hibrida