Mendukung kemandirian pangan melalui ekonomi biru

Misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka termasuk di antaranya adalah swasembada pangan. Mengingat makanan sebagai kebutuhan pokok masyarakat, pemerintah telah mulai menyiapkan beberapa strategi untuk membangun swasembada pangan pada tahun 2028. Sejumlah kementerian bekerja sama untuk menyusun peta jalan menuju misi mulia ini, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Badan Ketahanan Pangan.

Di tengah upaya membangun swasembada pangan, terutama pada bahan pangan pokok, perlu dicatat bahwa Indonesia sebagai negara maritim yang diberkati dengan luas wilayah laut total lebih dari 5,8 juta kilometer persegi memiliki sumber daya pangan bawah laut yang melimpah. Sumber daya bawah laut juga memiliki kandungan gizi yang beragam yang dapat mendukung keamanan pangan nasional serta mendukung pengembangan sumber daya manusia melalui asupan protein ikan.

Kandungan gizi ikan, terutama ikan laut, diketahui bermanfaat untuk pertumbuhan. Ikan juga kaya akan asam amino esensial. Menurut ahli gizi medis Dr. Dyah Arum, ikan laut seperti teri, ikan kembung, cakalang, kerapu, dan ikan layang memiliki kandungan arginin yang tinggi. Arginin adalah asam amino yang membantu mendukung pertumbuhan atau peningkatan tinggi badan anak-anak. Selain itu, dapat membantu meningkatkan panjang tulang.

Ikan kecil seperti teri memiliki kandungan kalsium hingga 2 ribu mg per 100 gram, yang jauh di atas kandungan susu. Susu yang sudah lama dikenal sebagai sumber kalsium yang baik memiliki 100 mg kalsium per 100 gram. Teri tidak diasinkan dapat menjadi alternatif sumber kalsium karena harganya di pasar cenderung lebih terjangkau dibandingkan susu.

MEMBACA  Bantuan Sosial Dapat Diperluas untuk Mendukung Kelas Menengah yang Terancam

Dengan kekayaan laut, ikan laut yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dapat mendukung target swasembada pangan. Ikan air tawar juga tidak kalah bergizi dan dapat dijadikan sumber protein bagi masyarakat yang dapat meningkatkan kualitas asupan makanan. Ikan air tawar juga dapat menjadi sumber protein. Misalnya, lele memiliki kandungan lemak yang baik dan kaya akan omega 3.

Kekayaan alam laut Indonesia memang merupakan anugerah bagi masyarakatnya. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menginisiasi gerakan untuk menggandrungi makan ikan dan mendidik masyarakat tentang memasukkan produk perikanan dalam menu harian mereka. Sementara pemanfaatan ikan laut untuk meningkatkan gizi adalah diperbolehkan, dalam prosesnya juga perlu menerapkan praktik penangkapan yang fokus pada keberlanjutan sumber daya ikan, termasuk dunia bawah laut.

Penangkapan harus dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan sehingga daerah tempat ikan hidup dan berkembang biak dapat dipertahankan. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada paruh pertama tahun 2024, produksi perikanan tangkap mencapai 3,11 juta ton tangkapan ikan laut dan 0,23 juta ton tangkapan ikan air tawar.

Peningkatan tersebut tercatat di 12 unit pelaksana teknis pusat pelabuhan perikanan dan 66 wilayah yang didominasi oleh ikan laut, termasuk tuna, cakalang, ikan kembung, dan layang. Sementara itu, target produksi perikanan tangkap untuk tahun 2024 adalah 6 juta ton — 5,64 juta ton untuk tangkapan ikan laut dan 0,38 juta ton untuk tangkapan ikan air tawar.

Dengan pencapaian ini, pendapatan negara dari perikanan tangkap per Juli 26 tercatat sebesar Rp533,36 miliar dari target Rp1,85 triliun. Sementara itu, pada periode Januari–Juni 2024, produksi subsektor akuakultur di Indonesia mencapai 3,34 juta ton, atau 26,6 persen dari target 12,5 juta ton.

MEMBACA  Timnas Indonesia Terjebak di Grup Neraka, Shin Tae-yong Tak Masalah

Dengan pencapaian akuakultur yang masih jauh dari target, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyiapkan strategi untuk mempercepat kinerja, sehingga target dapat tercapai di paruh kedua. Komoditas akuakultur didukung oleh komoditas rumput laut (5,14 juta ton), kakap (3.860 ton), nila, lele, bandeng, ikan mas, gurami, dan kerapu.

Dengan kelimpahan dan beragamnya komoditas perikanan dan kelautan, adalah wajar bagi Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya pangan bawah laut. Ketika menyangkut rasa, konsumsi protein ikan dapat ditingkatkan melalui diversifikasi sehingga masyarakat memiliki beragam menu makanan.

Bahkan, data dari Badan Pangan Dunia (FAO) menunjukkan bahwa populasi dunia mengalami kekurangan pangan, dengan kelaparan memengaruhi 7,9 persen penduduk secara global pada tahun 2019 dan 9,2 persen pada tahun 2022. Hal ini juga diprediksi akan meningkatkan kebutuhan protein dunia sebesar 70 persen.

Kekayaan sumber daya ikan juga diharapkan dapat mendukung kebutuhan protein dunia yang diproyeksikan akan meningkat. Sebelum beralih untuk memenuhi kebutuhan protein dunia, akan baik untuk lebih mendekatkan protein ikan kepada masyarakat domestik, sehingga mereka dapat menjadi raja di negaranya sendiri.