Menavigasi target pertumbuhan ekonomi delapan persen Prabowo

Sebelum dia resmi dilantik sebagai presiden Indonesia ke-8 pada 20 Oktober, Prabowo Subianto telah menguraikan visi ambisiusnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara menuju tingkat delapan persen selama masa jabatannya yang pertama.

Target ekspansi ekonomi yang signifikan ini merupakan komponen penting dari delapan misi utama Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang disebut Asta Cita.

Misi kedua dari Asta Cita adalah untuk memperkuat sistem keamanan dan pertahanan negara serta mendorong kemandirian nasional melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.

Hal ini bertujuan untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045, atau Indonesia sebagai negara maju dalam waktu 21 tahun dari sekarang.

Untuk mencapai tujuan ini, selama Retret Kabinet di Akademi Militer (Akmil) di Magelang, Jawa Tengah, pada 24-27 Oktober 2024, yang diadakan untuk memperkuat hubungan antara anggota kabinet, Prabowo mendesak pejabatnya untuk terus melanjutkan inisiatif untuk penurunan industri dan memperkuat swasembada pangan dan energi.

Program penurunan industri

Pemerintahan Prabowo terus melanjutkan program penurunan industri, yang juga dipromosikan oleh pemerintahan Presiden sebelumnya, Joko Widodo.

Selama sesi rapat pleno kabinet pertama pada 23 Oktober, Prabowo menyatakan bahwa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan ketua Dewan Ekonomi Nasional juga dapat membantu melakukan inventarisasi proyek-proyek penting untuk program penurunan industri.

“Dalam hal ini, ada 26 proyek komoditas utama. Mereka adalah komoditas yang harus segera diturunkan nilainya. Buatlah daftarnya, dan kami akan segera mencari dana agar kita dapat mulai menurunkan nilai tersebut dalam waktu sesingkat mungkin,” ujar Prabowo.

Menanggapi hal ini, Kementerian Perindustrian mengatakan sedang mencari produk-produk yang dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai delapan persen.

MEMBACA  7 Calon Legislatif DPR RI di Sumatera Utara dari Wilayah Sulit Ini Memperoleh Banyak Suara, Petahana Berisiko Kehilangan Kursi

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa pihaknya akan menunjuk pengawas di dalam kementeriannya untuk mengidentifikasi produk-produk dengan keunggulan kompetitif dan komparatif tertinggi yang dapat membantu memajukan ekonomi nasional.

Ia menyatakan bahwa setiap sektor industri di negara ini harus mengidentifikasi produk-produk yang memiliki potensi untuk tumbuh di atas delapan persen. Kementeriannya akan memberikan stimulus untuk memperkuat sektor-sektor tersebut.

“Kami juga akan memperhatikan yang pertumbuhannya di bawah delapan persen. Sementara untuk yang pertumbuhannya sudah mencapai delapan persen, kami akan memperkuatnya,” ujarnya.

Selain itu, Menteri tersebut mengatakan pihaknya akan mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki biaya produksi yang tinggi sehingga dapat memberikan langkah-langkah mitigasi untuk mendorong pelaku industri untuk melakukan proses produksi yang lebih efisien.

Selain itu, melalui identifikasi produk-produk dengan potensi pengembangan yang baik, Kementerian Perindustrian juga dapat membantu merealisasikan tujuan Presiden Prabowo untuk mencapai swasembada energi, keamanan, dan pangan.

“Program prioritasnya adalah menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ketahanan pangan dan ketahanan energi. Inilah yang sedang kami coba rumuskan dalam konteks manufaktur,” ujar Kartasasmita.

Optimis

Target pertumbuhan ekonomi delapan persen yang ambisius dari Prabowo melebihi kapabilitas yang diharapkan pemerintah, sehingga memerlukan kolaborasi lintas sektor.

Direktur Urusan Lingkungan di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Priyanto Rohmattullah, menekankan bahwa mencapai target pertumbuhan delapan persen memerlukan keterlibatan sektor swasta yang signifikan.

Berbicara dalam konferensi pers berjudul “CollaborAction for The Earth” di Jakarta pada 29 Oktober, Rohmattullah menjelaskan bahwa partisipasi sektor swasta sangat diperlukan, karena inisiatif pemerintah sendiri hanya dapat memberikan kontribusi tujuh persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara.

“Pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk mendukung target ini. Sektor swasta pasti akan menjadi salah satu yang paling berkontribusi pada pertumbuhan delapan persen (target),” tegasnya.

MEMBACA  Pemerintah Berkomitmen untuk Membangun SDM Terampil melalui Pusat Pelatihan: Wakil Presiden

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, telah menyatakan bahwa target tersebut dapat dicapai dan memiliki preseden sejarah.

“Pak Presiden menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia delapan persen pada tahun 2029. Ini bisa tercapai karena Indonesia pernah mencapai pertumbuhan rata-rata 7,3 persen dalam periode 1986-1997, pertumbuhan kita pada tahun 1995 bahkan mencapai 8,2 persen,” ujarnya saat membuka Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) pada Rabu (30 Oktober).

Ia menekankan bahwa pertumbuhan rata-rata global saat ini, yang stagnan pada tiga persen, menunjukkan bahwa ekonomi global belum sepenuhnya pulih ke tingkat sebelum pandemi COVID-19.

Ia menekankan perlunya Indonesia untuk mengeksplorasi sumber ekonomi baru dan mengadopsi inovasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun ke depan.

“Kita perlu menemukan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru dan mengadopsi teknologi dan inovasi baru untuk mencapai ekonomi kelas menengah atas,” tambah Hartarto.

Proyeksi terbaru World Economic Outlook (WEO) Dana Moneter Internasional (IMF), yang diterbitkan pada 22 Oktober, mempertahankan proyeksi pertumbuhan global sebesar 3,2 persen untuk tahun ini.

Sementara pasar negara berkembang diproyeksikan tumbuh sebesar 4,2 persen tahun ini, proyeksi untuk ekonomi maju suram pada 1,8 persen, menurut outlook tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga berkali-kali menekankan perlunya untuk menghindari perangkap pendapatan menengah.

“Kami ingin Indonesia menghindari perangkap pendapatan menengah. Oleh karena itu, produktivitas adalah hal yang paling penting. Sebuah negara tidak dapat tumbuh hanya dengan meningkatkan konsumsi tanpa menciptakan produktivitas,” ujarnya.

Meskipun terdapat hambatan-hambatan kompleks, mewujudkan target pertumbuhan delapan persen memerlukan kolaborasi komprehensif, memungkinkan kesuksesan ekonomi nasional yang berpotensi memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat.