Memperkuat Perempuan, Memajukan Peradaban Bangsa

loading…

Dr. Ariani Selviana Pardosi, M.Pd, Pengajar dan Pemerhati Pendidikan Keluarga. Foto/Dok. SindoNews

Dr. Ariani Selviana Pardosi, M.Pd.
Pengajar dan Pemerhati Pendidikan Keluarga

Wacana tentang perempuan seringkali berhenti di dua titik ekstrim: pemujaan peran domestik atau tuntutan kesetaraan struktural. Keduanya penting, tapi sering belum menyentuh akar masalahnya. Hal mendasar yang sering terlewatkan adalah perempuan sebagai penjaga kualitas generasi.

Dalam berbagai diskusi, topik tentang kontribusi perempuan dalam pembangunan, kesetaraan gender, dan emansipasi sering mendominasi. Namun, penguatan perempuan sebagai agenda peradaban justru belum jadi prioritas. Padahal, kualitas masa depan bangsa sangat ditentukan oleh seberapa jauh perempuan dikuatkan dalam peran strategisnya untuk membentuk generasi.

Bangsa yang besar tidak hanya ditentukan oleh kekuatan ekonomi, kemajuan teknologi, atau stabilitas politik, tapi oleh kualitas manusianya yang dibentuk sejak awal kehidupan. Dalam proses inilah peran perempuan hadir paling awal dan paling dekat.

Perempuan tidak hanya melahirkan kehidupan, tetapi juga menjaga kualitas hidup melalui penanaman nilai, pembentukan karakter, kematangan emosi, dan arah hidup generasi. Karena kepemimpinan bangsa akan selalu berpindah ke generasi berikut, mengabaikan proses pembentukan generasi sama saja dengan mempertaruhkan masa depan Indonesia.

Perempuan dan Arah Kualitas Bangsa

Perempuan bukan hanya bagian dari populasi, melainkan penentu arah kualitas generasi. Di keluarga, perempuan berperan sebagai pendidik pertama dan penjaga iklim emosional. Ungkapan bahwa ibu adalah guru pertama dan utama bukan cuma slogan, tapi refleksi dari kenyataan pengasuhan sejak dini.

Banyak tokoh besar lahir dari didikan seorang ibu yang hadir secara konsisten dalam membentuk nilai, karakter, dan emosi anak. Bukan untuk menghilangkan peran ayah, tapi karena dalam banyak keluarga, ibu punya intensitas interaksi yang lebih tinggi pada fase awal kehidupan anak, sehingga pengaruhnya sangat menentukan.

MEMBACA  Jet Tempur Siluman Andalan Indonesia KAAN vs F-35 AS: Mana yang Lebih Unggul? Simak Perbandingannya

Banyak pemikir menempatkan peran perempuan sebagai elemen kunci dalam pembentukan masyarakat yang baik. Filsuf China Confucius, contohnya, menegaskan bahwa harmoni sosial berawal dari keluarga.

Pandangan ini menempatkan perempuan sebagai penjaga etika, tata krama, dan keseimbangan moral rumah tangga. Ketika keluarga rapuh, masyarakat juga ikut rapuh; dan ketika perempuan di dalam keluarga tidak dikuatkan, bangsa sebenarnya sedang menanam bibit krisis jangka panjang.

Gagasan ini sejalan dengan pemikiran Ellen G. White, penulis dan pemikir religius, yang menyebut pekerjaan seorang ibu sebagai pekerjaan sangat penting dan suci, bahkan menyebut ibu sebagai ratu di rumah yang pengaruhnya membentuk hidup anak-anaknya. Pernyataan ini menegaskan bahwa penguatan perempuan bukan hanya soal hak, tapi juga panggilan dan tanggung jawab moral lintas generasi. Jadi, membicarakan masa depan bangsa tanpa membicarakan penguatan perempuan adalah diskusi yang tidak seimbang.

Perempuan di Persimpangan Zaman

Di tengah meningkatnya kesadaran global tentang peran strategis perempuan, kenyataan yang dihadapi perempuan saat ini malah semakin kompleks. Di satu sisi, akses perempuan terhadap pendidikan dan ruang publik menunjukkan kemajuan yang cukup berarti.

Tinggalkan komentar