Memecahkan Tantangan dari Energi Alternatif Berbasis Penelitian

Sebuah peningkatan penggunaan bahan bakar fosil berupa batubara, minyak, dan gas alam telah menyebabkan krisis energi global yang mempengaruhi stabilitas ekonomi dan geopolitik dunia. Situasi ini memaksa umat manusia untuk segera beralih dari sumber energi yang tidak berkelanjutan ke energi hijau yang lebih bersih dan terbarukan.

Ilmu pengetahuan menjadi panduan bagi manusia untuk menyelamatkan Bumi melalui energi alternatif yang ramah lingkungan. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyatakan bahwa pengembangan energi baru dan terbarukan memerlukan upaya serius tidak hanya dari pemerintah dan manajemen energi, tetapi juga terobosan teknologi.

“Itu adalah tantangan kita, terutama di komunitas riset dan akademik, untuk menemukan cara mencapai pengembangan energi baru dan terbarukan di tengah situasi geopolitik,” ujarnya pada awal Juni 2024.

Ilmuwan adalah seniman. Kegiatan riset dan inovasi memungkinkan manusia untuk kreatif dan membuka peluang untuk pengembangan industri energi yang ramah lingkungan. Pada Bumi dengan populasi mencapai delapan miliar orang, energi alternatif menjadi kunci untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa dalam dekade terakhir, energi baru dan terbarukan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, lambat laun menggantikan energi fosil. Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023, yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM pada 6 Juni 2024, pasokan energi fosil dalam bentuk minyak, batubara, dan gas alam mencapai 41,43 persen, 29,61 persen, dan 22,28 persen, masing-masing, pada tahun 2013.

Sepuluh tahun kemudian, pada 2023, porsi bahan bakar fosil dalam campuran energi primer nasional turun menjadi 29,91 persen minyak dan gas alam sebesar 17,11 persen. Sementara itu, porsi batubara tercatat telah tumbuh menjadi 39,69 persen karena proyek 35 ribu megawatt yang difokuskan pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

MEMBACA  Ratusan Orang India Diselamatkan dari Pabrik Penipuan Cyber

Pada 2013, porsi energi baru dan terbarukan dalam energi primer nasional hanya sebesar 6,69 persen, diikuti oleh peningkatan menjadi 13,29 persen energi hijau pada 2023.

Teknologi baterai memainkan peran penting dalam menentukan masa depan energi baru dan terbarukan. Separuh tantangan yang dihadapi dalam implementasi listrik hijau dapat diselesaikan dengan pengembangan teknologi baterai. Manusia dapat menyimpan sebanyak mungkin energi dalam ruang penyimpanan tanpa memakan terlalu banyak ruang.

Selama siang hari, panel surya mengkonversi sinar matahari menjadi listrik dan kemudian menyimpannya dalam baterai untuk digunakan pada malam hari. Konsep ini mirip dengan yang diterapkan pada pembangkit listrik tenaga angin.

Nuklir telah menjadi opsi paling masuk akal dalam menghasilkan listrik tanpa terus menerus menghasilkan emisi karbon. Pada 1958, Indonesia menjadi negara pertama yang memiliki reaktor nuklir di benua Asia. Namun, Indonesia kini jauh tertinggal dari negara lain, seperti Uni Emirat Arab, yang sudah memiliki empat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Dalam Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBET) yang telah selesai dan akan segera diterbitkan, pemerintah menempatkan nuklir sebagai salah satu sumber energi di masa depan.

Teknologi nuklir untuk listrik dianggap matang dengan mencapai generasi keempat teknologi reaktor nuklir. Menurut para ilmuwan, reaktor generasi keempat ini adalah yang paling cocok untuk pengembangan di Indonesia, karena aman, memiliki sistem pendingin gas suhu tinggi, dan terjangkau serta limbah rendah.

Meskipun menjadi teknologi yang matang dan salah satu sumber energi yang paling potensial, listrik nuklir tidak selalu populer di beberapa negara, termasuk Indonesia. Tingkat penerimaan masyarakat—mengingat tragedi nuklir di Chernobyl dan Fukushima—tetap menjadi tantangan dalam pengembangan nuklir tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara maju.

MEMBACA  Transnistria, Region Pemisah Moldova, Meminta Perlindungan dari Rusia

Jika sejarah selalu memberikan beban, kita mungkin tidak akan pernah siap menghadapi berbagai kemungkinan di masa depan. Sejarah telah memberikan pelajaran untuk kehidupan manusia yang lebih baik di masa depan melalui upaya serius.