Melawan Tren! Bank Sentral Tiongkok Pertahankan Suku Bunga Pinjaman di Tengah Gelombang Stimulus Global

Senin, 22 September 2025 – 17:50 WIB

Jakarta, VIVA – Bank sentral Tiongkok (PBOC) secara resmi menahan suku bunga pinjaman (Loan Prime Rate/LPR) pada hari Senin, 22 September 2025. Keputusan ini berbeda dengan kebijakan yang diambil oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed, dan Bank Indonesia (BI) yang sama-sama menurunkan suku bunga acuan mereka.

Baca Juga :


Bursa Asia Menguat, Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Penggerak Pasar

PBOC tetap mempertahankan suku bunga pinjaman acuan untuk satu tahun di level 3,0 persen, sedangkan untuk suku bunga lima tahun di 3,5 persen. Ini sudah keempat kalinya secara berturut-turut suku bunga dipertahankan.

Terakhir kali bank sentral memotong suku bunga pinjaman utama yaitu pada Mei 2025 sebesar 10 basis poin (bps), sebagai usaha pemerintah Beijing untuk mendukung perekonomian dalam negeri. Keputusan PBOC ini sesuai dengan perkiraan banyak ekonom yang berpendapat bahwa otoritas Tiongkok akan menunda stimulus besar-besaran karena reli pasar saham belakangan ini, meskipun beberapa data ekonomi menunjukkan tanda-tanda perlambatan.

Baca Juga :


IHSG Diprediksi Cerah Disokong Beragam Katalis, Analis Soroti 5 Saham Potensial Cuan

“Fokus Beijing sudah bergeser dari mengelola risiko ke menstimulasi pertumbuhan, berubah dari mentolerir deflasi ke menghidupkan kembali ekonomi,” kata Mitra pengelola dan CIO di Lotus Asset Management, Hong Hao, seperti dikutip dari CNBC Internasional pada Senin, 22 September 2025.

Ekonomi China melalui geliat pembangunan di Kota Beijing

Baca Juga :


Hadiri CESC 2025, Ibas Yudhoyono Dorong Kerja Sama RI-Tiongkok Diperkuat

Ekspor dari negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini juga melambat jadi 4,4 persen pada Agustus 2025. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak Februari 2025 karena pengiriman yang berkurang dan kebijakan perdagangan AS yang membebani ekspor ke negara lain.

MEMBACA  Jack Robinson Kepala Penuh dengan Gelombang Kirra's Cyclone

Tim ekonom Barclays menyatakan ekonomi negara itu pada kuartal III-2025 memburuk, seiring dengan kemerosotan di sektor properti di mana hampir semua indikator perumahan turun. Situasi ini diperparah oleh sedikitnya stimulus fiskal dan tindakan terhadap kelebihan kapasitas yang menghambat produksi industri.

Barclays memprediksi PDB Tiongkok akan tumbuh 4,5 persen di tahun 2025. Alasan mereka karena perlambatan ekonomi lebih tajam dari yang diperkirakan, walaupunn pemerintah akan memberi dukungan kebijakan di akhir tahun.

Menurut Hao, Tiongkok perlu menghentikan akumulasi aset yang tidak efisien karena sudah mencapai titik terendah akibat utang. Dia juga bilang pemerintah Beijing sebaiknya mengurangi investasi yang tidak produktiff.

Pasar memperkirakan PBOC akan memotong suku bunga repo terbalik tujuh hari dan suku bunga pinjaman utama sebesar 10 bps pada kuartal IV-2025. Selain itu, mungkin juga ada pengurangan 50 bps dalam rasio cadangan wajib.

Ekonomi Tiongkok memburuk pada Agustus 2025, di mana indikator utama tidak sesuai ekspektasi. Penjualan ritel melambat ke 3,4 persen dan output industri melemah ke 5,2 persen, yang merupakan level terlemah sejak Agustus 2024.

Inflasi Tiongkok juga tidak sesuai harapan pasar. Deflasi pada harga grosir terus berlangsung selama hampir tiga tahun.

Halaman Selanjutnya