Mediasi China: Investasi Didahulukan, Perdamaian Dikesampingkan

loading…

Pengamat bilang mediasi China untuk damaikan negara konflik lebih utamakan investasi daripada perdamaian. Termasuk dalam konflik Thailand-Kamboja. Foto/via Asia Times

JAKARTA – Mediasi biasanya dilihat sebagai usaha yang sangat bagus dalam politik internasional, yang tujuannya untuk mengurangi ketegangan dan cegah konflik jadi tambah buruk. Tapi, waktu China jadi mediator, logika dibelakangnya sering beda.

Menurut pengamat kebijakan luar negeri Rishan Sen, Beijing pakai mediasi bukan buat perdamaian, tapi sebagai alat untuk memperkuat pengaruh politik dan juga jaga kepentingan bisnis mereka.

“Bahasa diplomatik China sering pakai istilah harmoni dan stabilitas, tapi hasil akhirnya sering lebih menguntungkan posisi Beijing daripada masyarakat yang kena dampak konflik,” katanya, dalam pernyataan di kantor berita The Irrawady, Selasa (26/8/2025).

Baca Juga: Proyek ‘Kedutaan Super’ China di London Picu Kepanikan Inggris

Dari Perbatasan Hingga Sumber Daya

Konflik perbatasan Thailand–Kamboja yang baru terjadi, yang terburuk dalam lebih dari sepuluh tahun, menyebabkan sedikitnya 38 orang tewas dan membuat ratusan ribu orang lari dari rumah. Dalam situasi ini, China muncul sebagai mediator eksternal berkat hubungan ekonominya yang kuat dengan kedua negara.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi nawarin bantuan untuk “secara objektif dan adil” redakan ketegangan, sambil dorong kerjasama tiga pihak di bidang pertanian, energi, lingkungan, sampai penegakan hukum.

MEMBACA  Strategi Investasi Pendapatan untuk Pengembalian Stabil