Makassar (ANTARA) – Pemerintah Kota Makassar di Sulawesi Selatan menyerukan penggunaan optimal lahan kecil di perkotaan, termasuk mengubahnya jadi lahan pertanian, untuk menciptakan nilai tambah.
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin pada Kamis kemarin mendorong semua unsur masyarakat — dari RT/RW hingga pegawai pemerintah — untuk mendukung upaya ketahanan pangan nasional dan memperkuat sektor pertanian di tengah keterbatasan lahan.
"Makassar adalah daerah perkotaan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Akibatnya, banyak lahan pertanian harus beralih fungsi buat pembangunan," katanya.
Dia mencatat, kebutuhan beras di kota ini terus naik seiring pertumbuhan populasi yang kini diperkirakan mencapai 1,4 juta jiwa.
Sementara kebutuhan beras bulanan kota ini sekitar 10 sampai 11 ton, lahan pertanian yang tersisa hanya sekitar 1.300 hingga 1.400 hektar.
Arifuddin meminta kolaborasi antara petani, universitas, dan Kementerian Pertanian untuk memaksimalkan teknologi pertanian guna mengatasi kesenjangan ini. Mengingat lahan terbatas, perlu pemanfaatan teknologi untuk tingkatkan kapasitas produksi, tegasnya.
"Saya harap Fakultas Pertanian dan pakar pertanian senior terus memberikan bimbingan," ujarnya.
Arifuddin mengakui bahwa metode pertanian konvensional masih lebih disukai kelompok petani lokal.
Ke depan, dia menekankan pentingnya melibatkan generasi muda, khususnya di Kecamatan Biringkanaya, dalam mengadopsi digitalisasi dan teknologi pertanian modern.
Mengacu program swasembada pangan nasional, bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, dia menyebut Kementerian Pertanian aktif membuka sawah baru untuk kurangi ketergantungan impor beras.
"Saya harap petani kita mau terus belajar dan tingkatkan kapasitas produksi. Beras adalah makanan pokok kita, jadi setiap lahan yang ada harus dimanfaatkan dengan baik," tambahnya.
Berita terkait:
Indonesia’s West Pasaman optimizes 500 ha to boost rice production
Indonesia prepares 20,000 ha land to grow rice for Palestine
Penerjemah: Primayanti
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025