Rio de Janeiro (ANTARA) – Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menekankan bahwa blok ekonomi BRICS merupakan wujud nyata dari visi non-blok yang digaungkan oleh negara-negara pada Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Indonesia, tahun 1955.
"BRICS adalah manifestasi dari gerakan non-blok Bandung. BRICS membawa semangat Bandung," kata Lula dalam sesi pleno KTT BRICS 2025 di Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu, yang dihadiri Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan pejabat tinggi BRICS lainnya.
Menyinggung tren geopolitik saat ini, ia mengisyaratkan melemahnya multilateralisme di antara negara-negara di seluruh dunia.
"PBB sekarang berusia 80 tahun, tapi kita menyaksikan keruntuhan multilateralisme yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.
Lula mengingatkan bahwa pada 1945, PBB didirikan sebagai simbol harapan bersama masyarakat internasional setelah kekalahan fasisme, dan menambahkan bahwa beberapa anggota BRICS termasuk negara pendirinya.
“Sepuluh tahun kemudian, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia menjadi zona pengaruh dan memperjuangkan tatanan internasional multipolar,” tegasnya.
Dalam pernyataan penutup, Lula menegaskan kembali pentingnya BRICS yang semakin besar dalam membentuk lanskap global.
"BRICS adalah penerus gerakan non-blok," katanya.
Presiden Prabowo memimpin delegasi Indonesia dalam sesi pleno yang fokus pada perdamaian, keamanan, dan reformasi tata kelola global. Ia menjadi pemimpin keenam yang menyampaikan pidato dalam acara tersebut.
Perwakilan BRICS lain yang hadir antara lain Perdana Menteri India Narendra Modi, PM China Li Qiang, PM Mesir Mostafa Madbouly, PM Etiopia Abiy Ahmed, Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araghchi, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Khalid bin Mohammed bin Zayed dari Uni Emirat Arab.
Berita terkait: BRICS adopsi Deklarasi Rio, sambut Indonesia sebagai anggota
Berita terkait: Prabowo hadiri sesi pleno KTT BRICS
Penerjemah: Andi F, Tegar Nurfitra
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025