Letusan Gunung Semeru Lukai Tiga Warga, Lebih dari 500 Orang Mengungsi

Jakarta (ANTARA) – Letusan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 19 November menyebabkan tiga orang luka parah dan lebih dari 500 warga harus mengungsi, menurut laporan pihak berwenang setempat.

Ketiga korban luka saat ini sedang menjalani perawatan di RSUD Dr. Haryoto Lumajang, seperti disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari pada hari Senin.

“Selain 204,63 hektar lahan pertanian yang rusak, 21 rumah juga mengalami kerusakan berat, disertai satu fasilitas pendidikan, satu fasilitas kesehatan, dan satu gardu listrik,” tambahnya.

Dia mencatat bahwa tiga desa dilaporkan paling terdampak oleh material vulkanik yang disemburkan dari Gunung Semeru: Desa Supiturang dan Oro-Oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, serta Desa Penanggal di Kecamatan Candipuro.

Berdasarkan data hingga Minggu, Muhari melaporkan bahwa 528 warga dari desa-desa tersebut mengungsi di pos-pos evakuasi yang telah disiapkan pemerintah.

Mereka tersebar di dua lokasi utama: SMPN 02 Pronojiwo (307 orang) dan SDN 04 Supiturang (221 orang).

BNPB menyatakan bahwa berbagai paket bantuan telah didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi.

Bantuan tersebut termasuk 300 kasur, 300 terpal, 300 selimut, 200 kotak masker medis, 200 kantong sampah plastik, dan 150 paket perlengkapan kebersihan.

Bantuan makanan yang diberikan terdiri dari 1.000 paket makanan siap santap dan 200 paket sembako.

Badan Geologi Kementerian ESDM sebelumnya melaporkan bahwa Gunung Semeru meletus pada Rabu, 19 November, pukul 16.00 waktu setempat, dengan kolom letusan mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncak.

Selama letusan, Gunung Semeru menghasilkan awan panas yang bergerak hingga 7 kilometer dari puncak.

Hal ini disertai dengan kolom abu tebal berwarna abu-abu yang teramati melayang ke arah utara dan barat laut.

MEMBACA  Ekonomi Berliku 'RushTok': Sebagian Influencer Calon Anggota Sororitas Bisa Bayar Uang Kuliah, Tapi Kabur dari Kebencian dan Kritik Online

Kejadian ini, terekam pada seismogram di pos pemantauan gunung api Lumajang, menunjukkan amplitudo maksimum 40 mm dan berlangsung selama kira-kira 16 menit 40 detik.

Hingga saat ini, pemerintah setempat dan Badan Geologi mempertahankan status Gunung Semeru di Level IV (Awas), yang merupakan level peringatan tertinggi, untuk mengantisipasi potensi aktivitas lebih lanjut.

Status ini juga menjadi dasar penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Alam oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang, yang berlaku hingga 26 November nanti.