Belum lama ini, pengajian Ustaz Syafiq Riza Hasan Basalamah di Jawa Timur “diganggu” GP Ansor. Syafiq adalah seorang ustadz Salafi, dosen, dan penulis yang berasal dari Jember, Jawa Timur. Ia menjabat sebagai anggota Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad.
Lalu, apa sejatinya Salafi itu? Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam buku “Aulawiyaat Al Harokah Al Islamiyah fil Marhalah Al Qodimah” menjelaskan yang dimaksud dengan “Pemikiran Salafi” ialah kerangka berpikir (manhaj fikri) yang tercermin dalam pemahaman generasi terbaik dari ummat ini. “Yakni para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia, dengan mempedomani hidayah Al-Qur’an dan tuntunan Nabi SAW,” ujarnya.
Al-Qardhawi adalah seorang ulama Islam Mesir Ketua Persatuan Ulama Muslim Internasional.
Menurutnya, kriteria Manhaj Salafi yang benar yaitu suatu manhaj yang secara global berpijak pada prinsip berikut:
1. Berpegang pada nash-nash yang ma’shum (suci), bukan kepada pendapat para ahli atau tokoh.
2. Mengembalikan masalah-masalah “mutasyabihat” (yang kurang jelas) kepada masalah “muhkamat” (yang pasti dan tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang qath’i.
3. Memahami kasus-kasus furu’ (kecil) dan juz’i (tidak prinsipil), dalam kerangka prinsip dan masalah fundamental. Menyerukan “Ijtihad” dan pembaruan. Memerangi “Taqlid” dan kebekuan.
4. Mengajak untuk ber-iltizam (memegang teguh) akhlak Islamiah, bukan meniru trend.
5. Dalam masalah fiqh, berorientasi pada “kemudahan” bukan “mempersulit”.
6. Dalam hal bimbingan dan penyuluhan, lebih memberikan motivasi, bukan menakut-nakuti.
7. Dalam bidang aqidah, lebih menekankan penanaman keyakinan, bukan dengan perdebatan.
8. Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan jiwa ibadah, bukan formalitasnya.
9. Menekankan sikap “ittiba'” (mengikuti) dalam masalah agama.
10. Dan menanamkan semangat “ikhtira'” (kreasi dan daya cipta) dalam masalah kehidupan duniawi.
Inilah inti “manhaj salafi” yang merupakan khas mereka. Dengan manhaj inilah dibinanya generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktik. Sehingga mereka mendapat pujian langsung dari Allah di dalam Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh sejarah.
Merekalah yang telah berhasil mentransfer Al-Qur’an kepada generasi sesudah mereka. Menghafal Sunnah. Mempelopori berbagai kemenangan (futuh). Menyebarluaskan keadilan dan keluhuran (ihsan). Mendirikan “negara ilmu dan Iman”. Membangun peradaban robbani yang manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat dalam sejarah.