Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa krisis di Myanmar, yang telah mengganggu stabilitas negara tersebut, menyebabkan peningkatan kejahatan lintas batas, seperti perdagangan manusia dan penipuan online, di wilayah Asia Tenggara.
Di sela-sela KTT ke-44 dan ke-45 ASEAN di Vientiane, Laos, pada hari Rabu, Marsudi mengatakan bahwa kejahatan terorganisir lintas batas telah menjadi perhatian hampir semua negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia.
“Keprihatinan tentang kejahatan terorganisir lintas batas, termasuk penipuan online dan perjudian online, menjadi perhatian hampir semua negara,” katanya saat mengadakan konferensi pers.
“Keprihatinan ini disampaikan dalam konteks Myanmar. Jadi, ketidakstabilan Myanmar telah menyebabkan banyak aktivitas yang terkait dengan kejahatan lintas batas,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri juga mengatakan bahwa kerjasama antara negara-negara ASEAN perlu diperkuat untuk mengatasi sejumlah kejahatan baru, seperti perdagangan manusia, perjudian online, dan penipuan online.
Indonesia juga telah menjalin kerjasama bilateral dengan Kamboja, Myanmar, dan Filipina untuk menangani kejahatan lintas batas, terutama yang terkait dengan teknologi.
Menurut Marsudi, kerjasama bilateral dengan otoritas negara lokal diperlukan untuk penanganan kasus atau evakuasi warga negara Indonesia, banyak di antaranya menjadi korban kejahatan tersebut.
Selain kerjasama bilateral, pemimpin ASEAN sepakat untuk sebuah deklarasi selama kepemimpinan Indonesia dalam kelompok pada tahun 2023.
Deklarasi tersebut menekankan kerjasama dalam penanganan kejahatan lintas batas mengingat korban tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi juga dari negara-negara anggota ASEAN lainnya.
“Ketika Indonesia menjadi ketua, ada sebuah deklarasi. Deklarasi kerjasama dalam penanganan kejahatan lintas batas yang terkait dengan teknologi. Ini termasuk masalah penipuan online dan juga perjudian online,” tandasnya.
“Jadi, kami berupaya menangani masalah ini, baik secara bilateral maupun melalui mekanisme ASEAN,” tambah Marsudi.