Sabtu, 27 Desember 2025 – 09:34 WIB
Nepal mengguncang program ambisius Belt and Road Initiative (BRI) China setelah otoritas antikorupsi negara itu secara resmi mengajukan dakwaan pidana terkait dugaan korupsi besar-besaran dalam proyek Bandara Internasional Pokhara. Untuk pertama kalinya, kontraktor dan konsultan dari China didakwa dalam kasus yang menyoroti penyimpangan sistematis selama lebih dari satu dekade.
Pemerintah sementara pimpinan Perdana Menteri Sushila Karki mengungkap adanya manipulasi dalam pengadaan, penundaan proyek tanpa alasan jelas, serta penggelembungan biaya yang masif. Skandal ini juga melibatkan nama pemerintahan sebelumnya di bawah mantan Perdana Menteri KP Sharma Oli dan Pushpa Kamal Dahal alias Prachanda, memicu tuntutan publik untuk pertanggungjawaban politik dan hukum.
Komisi Investigasi Penyalahgunaan Wewenang Nepal (CIAA) menuduh China CAMC Engineering Co. Ltd. bertindak dengan itikad buruk dalam mendapatkan dan menjalankan kontrak pembangunan bandara itu. Dalam dakwaannya, CIAA menyebut kontraktor bersama pihak lain sengaja menaikkan estimasi biaya proyek hingga mencapai USD 286,5 juta—jauh melebihi nilai yang awalnya disepakati.
“Kontraktor, China CAMC Engineering Co. Ltd., bersama dengan pihak terdakwa lainnya, setelah mendapat kontrak sesuai hukum, tidak melakukan pengadaan dengan benar. Mereka secara sengaja menaikkan estimasi biaya, hingga mencapai USD 286,526 juta, jauh di atas jumlah yang disetujui awal. Ini menunjukkan penyalahgunaan prosedur dan harga yang terlalu tinggi secara disengaja. Akibatnya, diduga terjadi korupsi dan kerugian bagi publik,”
Kasus Bandara Pokhara kini disebut membuka ‘kotak Pandora’ untuk proyek-proyek China lainnya di Nepal, terutama yang berada di bawah payung BRI. Beberapa proyek dicurigai mengalami pola serupa, mulai dari penggelembungan biaya, kurang transparansi keuangan, sampai risiko jebakan utang.
“Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Lembaga antikorupsi mengajukan kasus ini karena bisa bekerja secara independen di bawah pemerintahan baru,” kata Madan Krishna Sharma, presiden Transparency International Nepal.
Sebuah komite parlemen yang dibentuk untuk menyelidiki skandal ini sekitar setahun lalu menemukan puluhan kasus penyimpangan dan korupsi yang terjadi di bawah pemerintahan Oli dan Prachanda. “Korupsi dan penyimpangan tersebut nilainya sekitar 14 miliar rupee dengan kurs dolar AS saat ini,” kata Prem Ale, anggota komite itu.
Setelah penyelidikan selama sebulan, CIAA mengajukan dakwaan terhadap 55 orang, termasuk pejabat China CAMC Engineering Company, yang merupakan cabang konstruksi dari konglomerat Sinomach milik pemerintah Beijing.