Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan Satyawan Pudyatmoko menyatakan bahwa upaya konservasi macan tutul Jawa dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, termasuk peluang untuk ekowisata.
Ketika ditemui di sela-sela presentasi tentang perkembangan Survei Populasi Macan Tutul Jawa dari Survei Macan Tutul Jawa (JWLS) di Jakarta pada hari Selasa, ia menyatakan bahwa upaya konservasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi.
Sebagai contoh, ia menarik perhatian pada keterlibatan masyarakat di sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam ekowisata.
“Ketika ada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat lokal, tanpa diminta, mereka akan mendukung konservasi, dan macan tutul sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang cukup besar jika kita bisa mengemasnya dan mengembangkannya,” katanya.
Ia menekankan bahwa perencanaan yang hati-hati penting untuk pengembangan ini, terutama karena upaya konservasi macan tutul dapat mempengaruhi pertumbuhan populasi lainnya. Hal ini menawarkan potensi untuk pariwisata satwa liar, memungkinkan orang untuk mengamati hewan-hewan di habitat alaminya tanpa interaksi langsung.
“Ini berarti bahwa pariwisata satwa liar sebenarnya tidak hanya memiliki potensi dalam hal uang, tetapi ekosistem juga lebih baik, risiko banjir berkurang, risiko kekurangan air berkurang, risiko kekeringan juga berkurang,” jelasnya.
“Ini memiliki banyak manfaat pada akhirnya; tidak hanya uang tetapi juga hal-hal lain yang mendukung kehidupan kita terjaga dengan baik,” katanya.
Sebelumnya, survei yang dilakukan oleh kementerian dan Yayasan SINTAS Indonesia berhasil mengidentifikasi populasi Macan Tutul Jawa di enam dari tujuh lanskap yang telah dianalisis. Survei dimulai tahun lalu dan direncanakan akan berlangsung selama dua tahun.
Penerjemah: Prisca Triferna Violleta, Cindy Frishanti Octavia
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2025