Jakarta (ANTARA) – Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, Meutya Hafid, memberikan apresiasi terhadap pendekatan yang dilakukan oleh aparat keamanan dalam membebaskan pilot asal Selandia Baru, Phillip Mark Merthens, dari tawanan Gerakan Papua Merdeka (OPM).
Menurut Hafid, metode yang memprioritaskan dialog dan pendekatan humanis merupakan langkah penting dan dapat dijadikan sebagai patokan dalam melaksanakan operasi serupa di masa depan.
“Pendekatan yang dilakukan menunjukkan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan cara yang damai dan terukur. Ini merupakan pencapaian yang perlu kita terus kembangkan dalam menghadapi situasi serupa di masa depan,” ujar Hafid dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.
Ia menyampaikan apresiasinya yang tertinggi atas pembebasan sukses Phillip Mark Merthens oleh Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2024, serta semua pihak yang terlibat dalam operasi tersebut.
Hafid juga mengungkapkan apresiasinya kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Intelijen Negara (BIN), Pemerintah Provinsi Papua, para tokoh adat, dan para pemimpin gereja di Papua, serta semua pihak atas upaya mereka dalam membebaskan Kapten Phillip.
“Pembebasan dilakukan setelah Kapten Philip ditawan selama 19 bulan oleh kelompok bersenjata di Papua,” katanya.
Hafid berharap bahwa pembebasan Kapten Phillip dapat menjadi momentum untuk menciptakan keamanan dan stabilitas yang lebih baik di tanah Papua.
“Mudah-mudahan keberhasilan ini akan menjadi titik awal untuk mencapai perdamaian dan kemakmuran yang lebih berkelanjutan di Papua,” katanya.
Pada Sabtu, Pilot Susi Air, Phillip Mark Merthens, dibebaskan dari kelompok separatis bersenjata pimpinan Egianus Kogoya setelah ditawan selama sekitar satu setengah tahun.
Kepala Humas Satuan Tugas, AKBP Bayu Suseno, menyatakan bahwa pilot berhasil dibebaskan dan dijemput oleh tim gabungan di Distrik Nduga dan langsung diterbangkan ke Timika, Papua Tengah.
“Hari ini, kami berhasil menjemput pilot, Philip, dalam keadaan sehat, lalu kami terbangkannya dari Nduga ke Timika,” katanya.
Ia mengatakan bahwa pilot tersebut kemudian segera dibawa ke ruang khusus untuk penanganan medis sambil memastikan kenyamanan psikologisnya.
Pilot asal Selandia Baru itu diculik oleh kelompok teroris separatis bersenjata pada tanggal 7 Februari 2023, segera setelah mendarat di Paro, Distrik Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.
Kelompok tersebut juga membakar pesawat Susi Air yang ia terbangkan.
Berita terkait: Pilot NZ Mehrtens berhubungan dengan keluarga setelah pembebasan: Polisi
Berita terkait: Pilot NZ dibebaskan karena ketekunan dalam mencari penyelesaian damai: pemerintah
Translator: Melalusa Susthira Khalida, Yashinta Difa
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2024