Kamis, 29 Mei 2025 – 19:43 WIB
VIVA – AstraZeneca Indonesia kembali tunjukkan keseriusannya dalam dukung transformasi sistem kesehatan nasional. Perusahaan biofarmasi global ini resmi lanjutkan kerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI, fokus pada penguatan layanan promotif dan preventif, peningkatan kapasitas tenaga medis, serta penggunaan teknologi canggih seperti AI. Kerja sama ini juga termasuk perluasan akses pengobatan inovatif di fasilitas kesehatan primer.
Baca Juga:
Heboh PeduliLindungi Diretas Jadi Laman Judi Online, Kemenkes Merespons
Kolaborasi ini merupakan lanjutan dari perjanjian yang ditandatangani Juni 2024 lalu. Nota kesepahaman terbaru ditandatangani oleh dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI) dan Esra Erkomay (Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia). Acara ini juga dihadiri oleh Menkes RI, Budi Gunadi Sadikin, dan Menkes Swedia, Acko Ankarberg Johansson.
Esra Erkomay tekankan komitmen AstraZeneca untuk bangun masa depan kesehatan Indonesia yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Sempat Dibekukan Kemenkes, PPDS Anestesi Undip di RSUP Kariadi Dibuka Lagi
“Tantangan penyakit tidak menular bukan cuma soal pengobatan, tapi juga bagaimana membangun sistem kesehatan yang adaptif. Inovasi—baik dalam terapi, teknologi digital, maupun model kemitraan—harus jadi bagian solusi,” ujarnya.
“Kami berkomitmen ciptakan masa depan di mana setiap orang bisa hidup lebih sehat melalui solusi berbasis sains. Kami bangga bisa dukung transformasi kesehatan di Indonesia,” tambahnya.
Baca Juga:
Eks Pejabat Kemenkes RI Dituntut 4 Tahun Penjara karena Korupsi APD COVID-19
Dr. Siti Nadia Tarmizi juga tekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk hadapi penyakit tidak menular (PTM), penyebab 73% kematian di Indonesia.
“Melalui kerja sama ini, Kemenkes berupaya bangun sistem kesehatan yang lebih inklusif, fokus pada edukasi hidup sehat, pencegahan, deteksi dini, dan pengelolaan penyakit,” jelasnya.
Data BPS (2017-2022) mencatat 8,07 juta kematian, dengan 7 juta lebih akibat PTM seperti jantung, kanker, diabetes, dan gangguan pernapasan. Asma dan PPOK berkontribusi besar—PPOK jadi penyebab kematian keempat global (3,5 juta kasus, 2021). Di Indonesia, survei BPJS 2024 menunjukkan hampir 19 juta pasien PPOK dapat perawatan rutin, sementara 58,3% penderita asma alami kekambuhan dalam setahun (Survei Kesehatan Indonesia 2023).
Ini menunjukkan pentingnya penguatan layanan primer seperti Puskesmas dalam edukasi dan penanganan PTM. Pemerintah juga telah luncurkan program skrining gratis BPJS Kesehatan untuk 14 jenis penyakit sebagai langkah preventif.
Baca Juga:
Penghapusan Kelas BPJS Kesehatan Jadi KRIS Tunggal Dikecam Serikat Pekerja
Rencana penerapan KRIS satu ruang perawatan oleh Kemenkes menuai protes dari masyarakat, terutama serikat pekerja.
VIVA.co.id | 23 Mei 2025