loading…
Kerugian di pihak Rowawi 1000 orang terbunuh dan 3000 orang ditawan. Ilustrasi: Ist
Kisah kehancuran Panglima Perang Romawi Atrabun dan pasukannya saat perang melawan pasukan muslim yang dipimpin Amr bin Ash diulas Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul “Al-Faruq Umar” dan diterjemahkan Ali Audah menjadi “Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu” (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).
Dikisahkan, tatkala menaklukkan Mesir , Amr bin Ash sempat berunding dengan utusan penguasa Mesir Muqauqis. Utusan itu antara lain terdiri dari para uskup. Amr meminta Muqauqis menyerah. Para uskup minta waktu 5 hari untuk berunding dengan Muqauqis dan petinggi Romawi di Mesir lainnya.
Pada saat mendengar hal itu, Panglima Perang Romawi di Mesir, Atrabun, menolak menyerah. Di sisi lain, para uskup yang melakukan perundingan dengan Amr bin Ash dibayangi oleh kekhawatiran.
Para uskup itu berkata: “Kami akan berusaha membela kalian dan tidak akan kembali kepada mereka. Sekarang tinggal lagi empat hari, jangan sampai terjadi sesuatu dan harapan kami tetap dalam keadaan aman.”
Setelah percakapan itu, Atrabun berangkat dengan 12.000 anggota pasukan bersenjata lengkap supaya dengan tiba-tiba dapat menyergap pasukan Muslimin di malam hari.
Akan tetapi Amr memang sudah selalu waspada. Semua prajuritnya sudah dipersiapkan untuk siap tempur. Itu sebabnya pertempuran antara kedua pihak kemudian berlangsung sengit sekali.
Tidak sedikit dari pihak Arab yang terbunuh. Kerugian di pihak Rowawi 1000 orang terbunuh dan 3000 orang ditawan. Atrabun benar-benar menderita kekalahan dengan pasukannya yang porak-poranda. Konon dia sendiri juga terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Sebulan di Bilbis
Butler dalam pembahasannya sekitar sejarah penaklukan itu, menyebut angkatan bersenjata Amr ketika itu berada di Arisy bertepatan dengan hari Idul Adha tahun 18 Hijri, yakni 12 Desember 639 Masehi, dan membebaskan Farama sekitar 20 Januari 640 setelah satu bulan dalam pengepungan dan mencapai Heliopolis pada akhir April tahun itu juga.
Selanjutnya Amr memasuki Bilbis bulan Februari, dan selama bulan Maret sebagian besar waktuÂnya ia tinggal di sana.
Sesudah mendapat kemenangan, Amr bertahan kota itu. Malah ia masih tinggal sampai keadaan kota-kota di sekitarnya stabil. Selama sebulan ia tinggal itu ia mengadakan hubungan dengan orang-orang Mesir hingga ia mendapat kepercayaan mereka.
Selama dalam bulan itu pula ia menunggu bala bantuan yang dijanjikan Khalifah Umar bin Khattab.
Setelah Atrabun datang menyerang dan Amr berhasil mengalahkannya, ia ingin mengambil manfaat dari semangat kemenangan yang tertanam dalam hati prajuritnya, dan sekaligus menanamkan keyakinan dalam hati musuh, bahwa pasukan Muslimin memang tak dapat dikalahkan.
Maka berangkatlah ia menuju kota Mesir dengan harapan Allah akan memberikan kemenangan kepadanya dan dapat menaklukkannya.
(mhy)