Ketahanan pangan dimulai dari tingkat desa: menteri

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto menyatakan bahwa swasembada pangan harus dicapai di tingkat desa untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

“Sebesar apapun sebuah negara, jika keamanan pangan tetap tidak pasti, maka negara tersebut benar-benar rentan,” tambahnya pada peluncuran Sustainable Village Development Awards 2025 di Jakarta pada hari Senin.

Dia menekankan bahwa, selain swasembada pangan, swasembada energi juga penting.

Menurut Susanto, swasembada energi dapat dicapai dengan memanfaatkan potensi setiap desa, termasuk yang berada di daerah terbelakang.

Dengan cara ini, Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya pada negara asing untuk kebutuhan energinya.

Dia mendesak untuk pemetaan daerah terbelakang dan sumber daya potensial mereka.

“Kita memiliki potensi besar dari minyak kelapa sawit, minyak jarak, dan sumber lainnya. Oleh karena itu, kita harus berupaya untuk mengidentifikasi potensi alam daerah terbelakang,” katanya.

Menteri juga meminta pengembangan badan usaha milik desa untuk memudahkan pencapaian swasembada pangan dan energi di negara ini.

Sebelumnya, saat menyampaikan pidato pelantikannya di sini pada 20 Oktober 2024, Presiden Prabowo Subianto menyatakan optimisme bahwa Indonesia akan mencapai swasembada pangan dalam empat hingga lima tahun.

Dia menegaskan bahwa optimisme itu didasarkan pada pembicaraannya dengan para ahli. Oleh karena itu, penting untuk mewujudkan swasembada pangan untuk mencegah ketergantungan pada negara lain untuk pangan.

Selain itu, katanya bahwa selama krisis, tidak ada negara yang ingin menjual komoditas pangan mereka kepada orang lain.

“Oleh karena itu, tidak ada jalan lain. Kita harus mencapai keamanan pangan secepat mungkin,” tegasnya.

Translator: Tri Meilani, Raka Adji
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024

MEMBACA  Apa yang diharapkan dari presiden baru Masoud Pezeshkian