Surabaya, Jawa Timur (ANTARA) – Protes keras di Surabaya dan Jakarta mengakibatkan kerusakan lebih dari Rp174 miliar (USD11,3 juta), menurut pihak berwenang pada Senin.
Fasilitas publik dirusak, dijarah, dan dibakar dalam salah satu kerusuhan terburuk tahun ini.
Di Surabaya saja, kerugiannya melebihi Rp124 miliar, kata Polisi Jawa Timur.
Tempat yang rusak termasuk pos polisi, infrastruktur lalu lintas, dan Kantor Polsek Tegalsari yang merupakan situs cagar budaya.
“Ini perkiraan awal. Kerusakannya melibatkan pembakaran, penjarahan, dan perusakan properti umum,” kata Juru Bicara Polisi Jatim, Komisaris Besar Jules Abraham Abast, pada Senin.
Polisi sedang menyelidiki beberapa tersangka dan telah menjerat dakwaan termasuk pencurian dengan pemberatan, penganiayaan, pembakaran, vandalisme, dan penghalangan penegakan hukum.
Undang-Undang Darurat senjata api dan bahan peledak juga mungkin diterapkan. Petugas memeriksa media sosial dan tips warga untuk mengidentifikasi pelaku.
Di Jakarta, protes meluas setelah kemarahan publik atas rencana kenaikan gaji anggota dewan.
Pada Senin pagi, asap masih mengepul di halte TransJakarta Senen, di mana lantai hangus dan dinding penuh coretan terlihat sementara petugas kebersihan bekerja.
Tujuh halte TransJakarta dibakar, termasuk di Polda Metro Jaya dan Senen Sentral. Pintu masuk Stasiun MRT Istora Mandiri juga dirusak.
Pejabat Jakarta melaporkan total kerusakan melebihi Rp50 miliar, termasuk Rp41,6 miliar untuk TransJakarta, Rp3,3 miliar untuk infrastruktur MRT, dan Rp5,5 miliar untuk lampu lalu lintas dan sistem CCTV.
Protes juga menyebar ke kota lain—Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Makassar—dengan pengunjuk rasa menuntut keadilan dan dukungan lebih besar untuk masyarakat berpendapatan rendah.
Presiden Prabowo Subianto menanggapi kerusuhan dengan mendesak ketenangan dan berjanji pemerintah akan menangani keprihatinan publik.
“Mohon tetap tenang dan percayai kami—kami berkomitmen untuk melayani rakyat,” katanya dalam sebuah pernyataan.
*Penerjemah: W.Irawan, Rahmad Nasution
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025*