Presiden Indonesia Prabowo Subianto ungkap bahwa Indonesia diperkirakan rugi sekitar 8 miliar dolar AS setiap tahun akibat arus keluar modal dari aktivitas judi online. Dia menekankan pentingnya respons global untuk tangani masalah ini.
Dalam pidatonya di sesi kedua Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC (AELM) di Gyeongju, Korea Selatan, pada Sabtu, dia menekankan kebutuhan kerjasama internasional yang lebih kuat untuk memerangi kejahatan lintas batas seperti penyelundupan, korupsi, perdagangan narkoba, dan judi online, yang melemahkan stabilitas ekonomi nasional.
“Indonesia diperkirakan kehilangan sekitar 8 miliar dolar AS per tahun akibat arus keluar dana yang disebabkan oleh judi online,” ujarnya.
Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya kemajuan teknologi sebagai pendorong utama kemajuan nasional, yang hanya bisa dicapai melalui kolaborasi erat di antara ekonomi Asia-Pasifik.
Dia menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk memperkuat pendidikan digital dan meningkatkan literasi teknologi bagi rakyatnya.
“Kami ingin berpartisipasi dalam semua inisiatif APEC yang bertujuan meningkatkan kapasitas dalam teknologi dan pendidikan. Kami juga ingin memberdayakan usaha kecil dan memperkuat sistem kesehatan kami di tengah perubahan demografis,” katanya.
Prabowo menambahkan bahwa adopsi kecerdasan buatan (AI) dan teknologi mutakhir sangat penting bagi Indonesia untuk mempercepat pemberantasan kemiskinan dan mencapai swasembada pangan.
“Kami memasuki era baru yang ditandai dengan kemajuan pesat dalam teknologi tinggi, khususnya AI. Kami juga memahami bahwa kami harus menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan demografis,” ucapnya.
Dia mengulangi bahwa pemerintahannya berkomitmen untuk memberantas kemiskinan dan kelaparan melalui tindakan cepat dan terukur.
Sebelum sesi kedua KTT APEC 2025, Presiden Prabowo mengambil tempat duduk di barisan depan di samping Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung—yang menjadi tuan rumah dan memimpin KTT—selama sesi foto bersama pada Sabtu.
Presiden Prabowo menghadiri KTT APEC 2025 di Gyeongju dari tanggal 31 Oktober hingga 1 November, didampingi oleh Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Investasi dan CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani, dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.