Kementerian Maritim Mendorong Investasi Kuat, Perdagangan dengan China

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong investasi dan perdagangan yang kuat di sektor perikanan dengan China melalui partisipasi aktif dalam Konferensi Perdagangan dan Investasi China (Zhejiang)-Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta. “Kami membuka ruang bagi investor untuk berkolaborasi dalam perikanan tangkap, budidaya, pengolahan produk perikanan, dan memperkuat sektor logistik yang berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian, Tornanda Syaifullah, saat dikonfirmasi di sini pada hari Minggu.

Forum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Zhejiang dan Dewan Perdagangan China untuk Promosi Perdagangan Internasional (CCPIT Zhejiang), bertujuan untuk memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara dan membuka peluang investasi di sektor-sektor strategis, termasuk maritim dan perikanan, manufaktur, logistik, dan energi terbarukan.

Syaifullah mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam menghadiri forum tersebut. Dia mengatakan komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif direalisasikan melalui perizinan yang mudah, insentif, infrastruktur pendukung, dan sumber daya manusia (SDM) yang handal.

Kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan industri perikanan nasional yang tangguh, inklusif, dan kompetitif secara global, sesuai dengan target pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan.

Dia mengatakan bahwa data Kementerian menunjukkan tren positif dalam hubungan perdagangan perikanan Indonesia-China. Pada tahun 2024, ekspor produk perikanan Indonesia ke China mencapai US$1,24 miliar. Sementara itu, impor hanya tercatat sebesar US$96,7 juta, sehingga Indonesia menerima surplus perdagangan produk perikanan sebesar US$1,15 miliar.

Komoditas ekspor utama Indonesia ke China termasuk cumi-cumi (32,9 persen), rumput laut (18,6 persen), ikan pita (7,9 persen), udang (7,5 persen), kepiting (6,2 persen), dan lobster (3,6 persen). Sementara itu, impor dari China didominasi oleh komoditas ikan makarel Pasifik beku (Scomber japonicus) sebesar 52,2 persen, cumi-cumi beku (terutama jenis Todarodes pacificus dan Dosidigcus gigas) sebesar 9,6 persen, dan karagenan (6,0 persen).

MEMBACA  Tabrakan Berantai Libatkan Fortuner Pelat Dinas di Jakarta Timur, Polisi Ungkap Fakta Mengejutkan

Sebelumnya, Menteri Trenggono menginisiasi program ekonomi biru untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia dengan memprioritaskan sistem produksi yang berkelanjutan. Dalam melaksanakan program tersebut, kementerian memperkuat sinergi dengan para pemangku kepentingan dari hulu ke hilir di sektor perikanan.

Berita terkait: Indonesia-China memperkuat kerja sama di sektor perikanan: Menteri

Berita terkait: Indonesia menjajaki kerja sama pembenihan ikan dengan Guangdong China

Translator: Muhammad Harianto, Katriana
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025