Kamis, 23 Oktober 2025 – 23:56 WIB
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa kelaparan dan penderitaan di Gaza masih sangat parah meskipun gencatan senjata sudah berlaku. Mereka menambahkan bahwa tingkat bantuan belum membaik dan evakuasi medis masih terlalu terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang ada.
“Gencatan senjata yang diumumkan dua minggu lalu masih rapuh dan sempat dilanggar, tapi masih berlaku, yang merupakan kabar bagus untuk semua orang,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa.
“Namun, krisis ini masih jauh dari selesai, dan kebutuhannya sangat besar.”
Tedros menekankan bahwa tidak ada peningkatan signifikan dalam jumlah bantuan sejak gencatan senjata. Meski bantuan sudah meningkat, itu masih “sangat sedikit” dibandingkan kebutuhan sebenarnya.
Ia juga mengatakan bahwa pulih dari kelaparan butuh waktu yang lama. Sementara itu, banyak truk yang masuk ke Gaza sekarang adalah truk komersial, yang tidak banyak membantu karena rakyat tidak mampu membeli barang-barang.
Soal evakuasi medis, kepala WHO itu memperingatkan bahwa “evakuasi medis seminggu sekali tidaklah cukup,” begitu juga dengan hanya satu atau dua rute yang tersedia untuk operasi seperti ini.
Ia mendesak Israel untuk mengizinkan pasien berobat ke Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, agar bisa mendapat perawatan secepatnya. “Bagi sebagian orang, penundaan berarti kematian,” ujarnya, karena sudah 700 orang meninggal saat menunggu.
Namun, ia menekankan bahwa 15.000 pasien, termasuk 4.000 anak-anak, memerlukan perawatan di luar Gaza, dan mendesak negara-negara lain untuk menerima lebih banyak pasien.
Ia juga mendesak dibukanya semua pintu perbatasan, termasuk Rafah, yang seharusnya sudah dibuka minggu lalu. “Sejumlah besar bantuan sudah menumpuk di Al-Arish, Mesir, siap masuk ke Gaza begitu pintu perbatasan dibuka,” tambahnya.
Menurut Tedros, rencana gencatan senjata 60 hari WHO membutuhkan dana $45 juta (sekitar Rp 748,1 miliar) untuk menjaga layanan penyelamatan jiwa, memperkuat pengawasan penyakit, dan mengoordinasi mitra. Namun, ia memperingatkan bahwa membangun kembali sistem kesehatan Gaza “akan menghabiskan biaya setidaknya $7 miliar (sekitar Rp 116,38 triliun).”
Lebih dari 170.000 orang terluka, termasuk 5.000 orang yang diamputasi dan 3.600 orang dengan luka bakar parah. Sekitar satu juta orang membutuhkan perawatan kesehatan mental, katanya.