Kecerdasan Buatan: Kunci Ketahanan Bisnis yang Telah Masuk Fase ‘Tanpa Jalan Mundur’

Selasa, 9 Desember 2025 – 21:39 WIB

Jakarta, VIVA – Perusahaan teknologi dan ekositem IT Ingram Micro menegaskan komitmennya untuk mendukung percepatan inovasi yang aman, patuh pada regulasi, dan memberikan dampak nyata pada daya saing serta keberlanjutan bisnis.

Baca Juga:
Nasib Karier IT di 2026, Masih Cerah Atau Makin Terpuruk karena AI?

Percepatan inovasi ini didorong oleh pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang mencakup perangkat dan komputasi edge, hingga pusat data, cloud, dan keamanan siber.

“Kami sadar bahwa inovasi adalah kunci bertahan di era digital yang kompetitif, dinamis, dan penuh tantangan ini, dengan adopsi teknologi sebagai penggerak utamanya,” kata Direktur Utama Ingram Micro Indonesia, Mulia Dewi Karnadi, di Jakarta, Selasa (9/12/2025).

Baca Juga:
Terkuak! Ini Penyebab Gen Z Makin Sulit dapat Kerja pada 2025

Dia menekankan dampak transformatif AI terhadap analisis data dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Dewi juga menggambarkan peran Ingram Micro sebagai pengatur ekosistem.

Mulai dari mengintegrasikan perangkat, infrastruktur, dan keamanan untuk memastikan pelanggan bisa berpindah dari tahap percobaan (pilot project) menuju tahap produksi dengan hasil bisnis yang terukur dan memenuhi standar keamanan.

Baca Juga:
Fenomena Career Minimalism Mewabah Menjelang 2026, Apa Sih yang Kini Dicari Pekerja?

Memperkuat pandangan pasar, Pendiri dan Kepala Eksekutif EPSINDO, Rene Indiarto Widjaja, menggambarkan bagaimana kebutuhan industri telah bergeser dari tahap eksperimen ke implementasi nyata. “Pasar menuntut tata kelola data sejak fase desain, integrasi vendor, hingga pencapaian hasil yang cepat dan terukur,” ujarnya.

Rene berpendapat bahwa AI bukan tujuan akhir, melainkan alat untuk mendorong efisiensi dan inovasi di berbagai sektor. Contohnya di dunia pendidikan, pemanfaatan AI mendukung riset di lab, proses belajar mahasiswa, hingga otomatisasi layanan administrasi kampus. Semua ini membutuhkan tata kelola big data, privasi, dan pagar etika yang kuat.

MEMBACA  Trump tidak memiliki ide apa yang telah ia lepaskan

Rektor Institut Teknologi Del (IT Del) di Sumatra Utara, Arnaldo Marulitua Sinaga, menyampaikan sudut pandang kampus. "Sejak kami memperbarui kemampuan komputasi super dengan dukungan AI pada Agustus 2025, kapasitas riset di IT Del meningkat sangat signifikan," jelasnya.

Menurut dia, pemrosesan big data untuk penelitian genomik, hortikultura, dan herbal sekarang bisa dilakukan jauh lebih cepat dan presisi. Hal ini memungkinkan mahasiswa dan dosen menyelesaikan riset yang sebelumnya terkendala oleh keterbatasan komputasi.

Arnaldo menambahkan, AI juga membuka jalan untuk pengembangan metode pembelajaran berbasis data, termasuk penerapan metode Gasing dari Yohanes Surya. Dengan begitu, pembelajaran matematika dan fisika bisa dibuat lebih adaptif dan otomatis.

Di bidang pariwisata, transformasi ini juga memungkinkan IT Del mempersonalisasi sistem informasi kawasan wisata Danau Toba. Caranya melalui pengembangan layanan tanya jawab berbasis chatbot, hingga dukungan elektronifikasi layanan pembayaran bersama mitra seperti Bank Indonesia (BI).

Halaman Selanjutnya

Tinggalkan komentar