Kamis, 20 Maret 2025 – 13:41 WIB
Jakarta, VIVA – Sejumlah negara di kawasan Asia termasuk Jepang sedang mengalami krisis beras dengan harga mencapai Rp 100.000 per kilogram. Kondisi serupa juga terjadi di negara tetangga Malaysia dan Filipina, yang sempat menimbulkan kepanikan masyarakat di tiga negara tersebut.
Baca Juga :
Hadapi Puncak Panen, BULOG Kediri Realisasikan Penyerapan Gabah & Beras Petani Terbesar di Jatim
Merespons hal ini, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengungkapkan di Indonesia harga beras stabil yang diikuti dengan kenaikan harga pembelian pemerintah atau HPP gabah sebesar Rp 6.500/kg sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan petani.
“Di tingkat global sedang terjadi krisis pangan. Jepang harga beras hampir Rp100.000/kg. Malaysia ribut dengan beras, begitu juga Filipina yang mengalami krisis beras. Tiga negara tetangga ini sudah krisis beras. Alhamdulillah, harga beras di Indonesia stabil,” kata Amran dalam keterangannya Kamis, 20 Maret 2025.
Baca Juga :
Mentan Amran Kecewa Penyerapan Gabah Petani Rendah, Pimpinan Bulog Kalsel Dicopot
Stok Beras di Gudang Bulog (Foto Ilustrasi)
Amran menjelaskan bahwa upaya menjaga ketahanan pangan mutlak dilakukan demi keberlangsungan negara. Apalagi diperlukan langkah dan kebijakan menangani pangan di tengah berbagai tantangan konflik global dan perubahan iklim.
Baca Juga :
Mendag Tegaskan Gak Bakal Beri izin Impor Beras Tahun Ini
“Pangan adalah isu strategis yang memengaruhi stabilitas negara. Secanggih-canggihnya Jepang membuat motor, pesawat terbang, tapi kalau berasnya tidak ada itu negara akan bermasalah, lihat negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina yang menjadi pusat penelitian beras, juga bermasalah,” jelasnya.
Mentan mengatakan, ketersediaan beras dan stabilitas harga yang berlaku saat ini merupakan buah kerja keras para petani dan juga dukungan berbagai pihak dalam mempertahankan Indonesia sebagai salah satu penghasil beras terbesar di dunia.
Selain itu, pencapaian ini juga tidak terlepas dari kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, serta dukungan dari berbagai pihak terkait. Mentan Amran menekankan pentingnya kerja sama ini untuk memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
“Alhamdulliah pangan Indonesia kuat berkat kerja keras para petani yang berhasil mengolah lahan intensifikasi dan ekstensifikasi seperti cetak sawah, optimasi lahan, perluasan areal tanam, pompanisasi, dan sebagainya. Oleh karena itu, kita harus terus bekerja keras dan berkolaborasi untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia,” jelasnya.
Untuk menjaga produksi nasional terang Amran, pemerintah juga terus menggalakkan transformasi pertanian tradisional ke modern. Langkah-langkah konkret yang diambil antara lain pendistribusian traktor roda dua dan empat, combine harvester, drone penebar benih, mesin tanam, mesin panen, serta pembangunan gudang yang terintegrasi dengan produksi.
Amran menambahkan semua ini dilakukan untuk mengimbangi lonjakan jumlah penduduk Indonesia yang mengalami kenaikan 3,5 juta orang per tahun atau 35 juta orang dalam 10 tahun.
“Kalau 10 tahun 35 juta, kira-kira pangannya dari mana? Kalau lahan tetap dan konsumsi bertambah kira-kira apa yang terjadi. Pangan bermasalah negara bermasalah. Karena itu sekarang kita lagi kerja dan hasilnya sudah ada, bayangkan kalau hal ini terjadi seperti Malaysia, di mana penduduk kita 10 kali lipat dari mereka. Kita ini 280 juta jiwa,” katanya.
Sebagai informasi, cadangan beras pemerintah atau CBP saat ini mencapai 2,2 juta ton atau yang terbesar di sepanjang sejarah. Angka tersebut dipastikan bertambah besar seiring panen raya yang dilakukan para petani di sejumlah sentra.
Selain itu, Pemerintah memastikan bahwa Indonesia tidak akan melakukan impor beras pada tahun 2025 ini. Pemerintah pun tengah menargetkan capaian swasembada pada tahun 2026 mendatang.
Halaman Selanjutnya