Insentif Lebih Besar untuk Pembuat Kendaraan Listrik yang Menggunakan Komponen Dalam Negeri Lebih Banyak: pemerintah

Jakarta (ANTARA) – Menteri Investasi dan Hilirisasi Indonesia, Rosan Roeslani, mengatakan pemerintah akan memberikan insentif yang lebih besar kepada produsen kendaraan listrik (EV) dengan tingkat komponen domestik yang tinggi (TKDN). Menurut Roeslani, semakin tinggi TKDN yang dipenuhi oleh produsen EV, semakin besar insentif yang akan mereka terima. “Jadi, konsepnya akan berubah, dengan TKDN yang lebih tinggi, kami akan memberikan insentif yang lebih besar. Jadi, kami akan mengambil pendekatan yang lebih positif terhadap TKDN ke depan,” kata menteri tersebut di Jakarta pada hari Selasa. Saat ini, tujuh produsen EV telah mendirikan fasilitas produksi di Indonesia: VinFast, Volkswagen (VW), BYD, Citroen, AION, Maxus, dan Geely. Ketujuh produsen EV tersebut telah menginvestasikan total Rp15,4 triliun (sekitar US$938 juta) untuk memproduksi 281 ribu unit EV per tahun. “Jadi, mereka adalah yang sudah mulai mendeklarasikan relokasi dan mulai beroperasi,” informasi Roeslani. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa Indonesia sudah memiliki seluruh ekosistem untuk baterai EV. Dengan lebih banyak orang beralih ke kendaraan listrik, target emisi nol bersih pemerintah akan tercapai lebih cepat. Ia mencatat bahwa untuk mencapai target produksi 2,5 juta unit EV per tahun pada tahun 2030, diperlukan ekosistem yang mampu, termasuk stasiun pengisian. Oleh karena itu, pemerintah telah merevisi regulasinya untuk memungkinkan pihak ketiga membangun stasiun pengisian EV. “Oleh karena itu, kami telah merevisi salah satu regulasi pemerintah tentang bagaimana stasiun pengisian dapat dilakukan oleh pihak ketiga agar dapat menyebar dengan cepat di seluruh Indonesia,” kata Roeslani. Ia juga meminta investor yang ingin berinvestasi di Indonesia untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait dengan kendaraan listrik. Pemerintah, dari pihaknya, akan menawarkan insentif hingga 300 persen jika investor bersedia melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Translator: Kuntum Khaira Riswan Editor: Rahmad Nasution Copyright © ANTARA 2025

MEMBACA  Buruh Migran yang Membantu Membangun Tiongkok Modern Tidak Memiliki atau Sedikit Pensiun, dan Tidak Bisa Pensiun