Indonesia Pertahankan Posisi Ketiga dalam Indeks Ekonomi Islam Global

Jakarta (ANTARA) – Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Indicator 2024–2025 yang dirilis oleh perusahaan riset dan konsultan DinarStandard. Ini menunjukkan peningkatan stabil selama satu dekade terakhir.

"Selamat kepada Indonesia yang berhasil mempertahankan posisi ketiga," ujar Reem El Shafaki, mitra di DinarStandard, saat peluncuran global laporan SGIE 2024–2025 pada Selasa.

Laporan SGIE 2024–2025 menyoroti tujuh sektor utama ekonomi Islam global, yaitu makanan halal, keuangan Islam, wisata ramah Muslim, modest fashion, kosmetik halal, farmasi, serta media dan rekreasi.

Dalam lima tahun pertama setelah indikator ini diperkenalkan di laporan SGIE 2014–2015, Indonesia sempat berada di peringkat 10 dan 11.

Negara ini naik ke posisi kelima pada 2019–2020, lalu bertahan di peringkat empat selama dua periode laporan berturut-turut (2020–2022).

Di laporan 2023–2024 dan terbaru 2024–2025, Indonesia berhasil menempati urutan ketiga.

"Selain itu, Indonesia juga meraih posisi pertama di indikator modest fashion, kedua di wisata ramah Muslim, serta kedua di farmasi dan kosmetik," kata El Shafaki.

Indonesia juga berada di peringkat keempat untuk makanan halal, keenam di keuangan Islam, dan ketujuh di media dan rekreasi.

Dalam hal investasi, Indonesia melampaui semua negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dalam jumlah transaksi.

Pada 2023, Indonesia menyelesaikan 40 transaksi senilai US$1,6 miliar, menjadikannya pusat investasi ekonomi halal terdepan.

Investasi besar-besaran pemerintah di sektor ekonomi Islam telah meningkatkan produksi makanan halal lokal, mengurangi ketergantungan impor, dan memperkuat rantai pasok.

"Prestasi yang luar biasa. Saya mengapresiasi upaya pemerintah melalui kebijakan, ekosistem ekonomi yang kuat, serta dukungan pada startup," tambah El Shafaki.

Wakil Presiden ke-13 Indonesia, Ma’ruf Amin, yang hadir dalam acara tersebut, menyatakan kemajuan signifikan dalam sepuluh tahun terakhir membuka peluang Indonesia menjadi nomor satu pada 2028 atau 2029.

MEMBACA  Ratusan Penangkapan dalam Protes Bahan Bakar Mematikan di Angola

"Menurut saya, itu bukan hal yang sulit dicapai," ucapnya.

Reporter: M Baqir Alatas, Uyu Liman
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025