Jakarta (ANTARA) – Indonesia terus memperluas ekspornya ke pasar global setelah Amerika Serikat memberlakukan tarif 32 persen, kata Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri pada Selasa.
Dia menekankan bahwa perluasan akses pasar internasional merupakan bagian dari arahan strategis Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat posisi perdagangan Indonesia di tengah dinamika global yang berubah.
“Dalam arahan tersebut, Presiden juga meminta kami untuk memperluas akses ke pasar global,” ujarnya setelah membuka program Kerja Sama Selatan-Selatan dan Segitiga (SSTC) 2025 untuk promosi perdagangan dan investasi bagi negara-negara Afrika di Jakarta.
Saat ini, Indonesia sedang menjajaki kerja sama perdagangan dengan Peru, Kanada, dan Tunisia melalui perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif untuk mendorong ekspor.
“Kami memiliki beberapa perjanjian dagang, seperti Indonesia-Peru CEPA, dan juga sedang bekerja sama dengan Kanada dan Tunisia,” jelasnya.
Putri juga menegaskan bahwa pemerintah masih menunggu pengumuman resmi dari AS terkait kebijakan tarif yang masih dalam negosiasi.
Menurut dia, tim negosiasi dari Kemenko Perekonomian berada di AS untuk memperjuangkan kepentingan dagang Indonesia.
“Menko Perekonomian juga akan berkunjung ke AS setelah acara BRICS di Brasil. Semoga kunjungan itu menghasilkan pengumuman resmi,” ucapnya.
Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mempertahankan tarif impor sebesar 32 persen untuk produk Indonesia, dengan kebijakan “tarif timbal balik” yang diumumkan April lalu tetap berlaku meski negosiasi masih berlangsung.
“Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan tarif hanya 32 persen untuk semua produk Indonesia yang masuk ke AS, terpisah dari tarif sektoral,” kata Trump dalam surat tertanggal 7 Juli yang ditujukan kepada Presiden Prabowo.
Berita terkait: Trump maintains 32% tariff as Indonesia negotiates: Official
Berita terkait: Trust negotiators: govt as US threatens more tariffs on BRICS
Penerjemah: Muhammad Harianto, Raka Adji
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025