Jakarta (ANTARA) – Satgas Cesium-137 Indonesia telah membakar 5,7 ton udang yang terkontaminasi bahan radioaktif. Tindakan ini dilakukan setelah ada laporan dari otoritas Amerika Serikat yang memicu respons keselamatan darurat.
Udang-udang tersebut, yang dikemas dalam 494 kotak di dua kontainer, terbukti positif terkontaminasi Cesium-137 (Cs-137 pada kemasan luarnya.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) yang melakukan pengujian dan menemukan tingkat radiasi sebesar 10,8 becquerel (Bq) per kilogram. Angka ini jauh di bawah batas aman 100 Bq/kg untuk dilepaskan ke lingkungan.
Meski tingkat radiasinya rendah, udang yang terkontaminasi tetap dimusnahkan sesuai rekomendasi dari Bapeten dan Badan Karantina Indonesia (Barantin).
“Seperti diinstruksikan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, proses ini harus mengikuti prinsip kehati-hatian,” kata Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Rasio Ridho Sani, pada hari Sabtu.
Udang-udang itu dibakar pada suhu 800–900°C menggunakan fasilitas yang dilengkapi dengan pengendali emisi udara canggih dan sistem pemantauan terus menerus.
Abu hasil pembakaran kemudian dipadatkan dalam wadah HDPE dan dibuang di tempat pembuangan akhir limbah berbahaya Kelas 1 yang dioperasikan oleh PT PPLI/DOWA.
“Penghancuran ini mengikuti protokol keselamatan radiasi dan lingkungan yang ketat,” tegas Sani.
Operasi ini diawasi oleh Bapeten, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Barantin, dan Kementerian Lingkungan Hidup.
Sani menambahkan, upaya dekontaminasi di daerah Cikande—tempat asal udang tersebut—masih berlangsung dan dilakukan secara intensif oleh satgas.
Berita terkait: Indonesia pastikan keamanan pangan di tengah laporan kontaminasi Cesium-137
Berita terkait: Kementerian kembangkan lab uji radioaktif untuk lindungi produk perikanan
*Penerjemah: Prisca, Kenzu
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025*