Jakarta (ANTARA) – Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mendorong percepatan penyediaan vaksin Tuberkulosis (TBC) terbaru melalui Pertemuan Dewan Stop TB Partnership (STP) ke-37 di Brasilia, Brasil.
Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan menyatakan pada hari Sabtu bahwa vaksin TB dapat memberikan perlindungan yang terjangkau secara ekonomi dan menjaga keberlanjutan produktivitas masyarakat.
“Jika kita ingin mencapai eliminasi TB pada tahun 2030, kita hanya memiliki tiga tahun untuk mengembangkan vaksin TB yang akan digunakan pada tahun 2028. Kita harus fokus pada pengembangan vaksin TB,” kata menteri sebagai anggota dewan dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan Dewan STP ke-37, yang berlangsung pada Jumat (9 Februari), merupakan forum kolaborasi dan komunikasi bagi organisasi dan individu dari berbagai sektor yang berkomitmen untuk memberantas Tuberkulosis.
Indonesia, sebagai negara yang juga terkena dampak TB, telah meyakinkan semua negara anggota G20 untuk melakukan investasi yang memadai guna ketersediaan vaksin TB dalam tiga tahun ke depan, ujar Sadikin.
Menurut Sadikin, vaksin TB yang saat ini tersedia di negara ini adalah vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) sebagai perlindungan sebagian untuk mencegah TB serius pada bayi dan balita, tetapi tidak memberikan perlindungan yang cukup bagi anak-anak dan orang dewasa dari TB.
Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa pengembangan vaksin TB yang efektif harus mencakup semua kelompok usia, terutama untuk anak-anak dan orang dewasa, dengan kemampuan untuk mengurangi kejadian hingga 90 persen dan mengurangi angka kematian hingga 95 persen.
Kandidat vaksin TB juga harus mampu mengatasi resistensi obat, di mana bakteri tidak merespons pengobatan standar yang umumnya efektif untuk mengobati infeksi TB, tegasnya.
Saat ini, beberapa kandidat vaksin TB yang sedang dikembangkan sudah memiliki kemampuan untuk mencegah TB pada anak-anak dan orang dewasa, menggantikan atau memperkuat vaksin BCG, mencegah kambuh pada pasien yang telah menyelesaikan pengobatan, atau memperpendek durasi pengobatan, kata Sadikin.
Dia juga menyatakan bahwa Indonesia aktif berkontribusi dalam tiga uji klinis kandidat vaksin TB. Pertama adalah vaksin yang dikembangkan oleh Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF). Vaksin ini, yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris, GSK, menggunakan protein rekombinan.
Kedua, vaksin yang dikembangkan dalam kolaborasi dengan perusahaan farmasi dari China, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi dari Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan vektor virus dan saat ini berada dalam tahap uji klinis pertama.
Terakhir, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi dari Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi dari Indonesia, Biofarma. Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi mRNA dan saat ini akan memasuki tahap dua uji klinis di Indonesia.
“Dengan investasi ini, kita tidak hanya menyelamatkan nyawa tetapi juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang,” kata menteri.