Indonesia Mempromosikan Tempe sebagai Alat Gastrodiplomasi Kuliner

Jakarta (ANTARA) — Menteri Kebudayaan Fadli Zon mendorong para ahli makanan, koki, dan pengusaha kuliner untuk mendukung gastrodiplomasi Indonesia dengan mempromosikan hidangan berbahan dasar tempe, yang merupakan makanan tradisional fermentasi kedelai.

“Tempe adalah sumber protein. Kami harap para koki dan ahli—khususnya yang punya pengalaman dalam kearifan lokal—dapat berinovasi mengembangkan bentuk atau rasa baru dari tempe agar bisa jadi alat gastrodiplomasi kita,” kata Zon di sebuah festival budaya bertemakan tempe, Minggu.

Menurut Zon, tempe yang berasal dari Indonesia adalah warisan nasional yang harus dilestarikan dan dikembangkan lebih lanjut.

“Ekspresi budaya itu sangat tertanam di dalam makanan lokal,” tegasnya.

Menteri menyatakan perlu langkah konkrit untuk memastikan tempe diproduksi dengan cara yang lebih higienis, sehat, dan ramah organik, antara lain lewat perluasan workshop dan program pelatihan bagi produsen.

“Dengan begitu, kita bisa bantu meningkatkan nilai dari tempe,” ujarnya, seraya menambahkan upaya tersebut juga akan menguntungkan para produsen tempe.

Menyoroti produksi kedelai dalam negeri yang masih terbatas dan ketergantungan pada impor, Zon juga mendorong para ahli pertanian untuk membantu meningkatkan hasil kedelai lokal.

“Dengan kemajuan teknologi pertanian, kami harap Indonesia dapat memproduksi lebih banyak kedelai dalam negeri untuk mendukung produksi tempe,” jelasnya.

Kementerian Kebudayaan telah mendaftarkan tempe ke dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO, dan makanan tradisional ini diharapkan dapat tercatat pada tahun 2026.

Berita terkait: Tempe diusulkan masuk daftar warisan budaya UNESCO

Berita terkait: Produsen buat tempe ukuran lebih kecil imbas kenaikan harga kedelai

Penerjemah: Sri Dewi Larasati, Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025

MEMBACA  Mengunjungi Tempat Pemandian Mayat, Aghniny Haque Menceritakan Pengalaman Ini.

Tinggalkan komentar