Indonesia Kembangkan Teknologi Biochar untuk Tingkatkan Hasil Panen dan Kesehatan Tanah

Jakarta (ANTARA) – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sedang mempromosikan teknologi biochar untuk mengatasi degradasi lahan pertanian yang luas.

Biochar—bahan kaya karbon yang diproduksi dari biomassa melalui pemanasan tanpa oksigen (pirolisis)—berfungsi sebagai pembenah tanah, meningkatkan kesuburan dan strukturnya.

Wakil Ketua Kadin bidang Pertanian, Devi Erna Rachmawati, mengatakan lebih dari 60 persen lahan pertanian Indonesia telah mengalami kerusakan, sehingga biochar sangat dibutuhkan.

“Tanah kita tidak sehat, tetapi bahan baku biochar sangat melimpah disini,” ujarnya pada Jumat, mendorong pemerintah untuk memperkenalkan teknologi ini ke petani dan mempertimbangkannya dalam perencanaan kebijakan.

Kadin telah mendirikan pusat penelitian di Lebak, Provinsi Banten, yang membentang seluas 180 hektar, untuk berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian, BRIN, dan pelaku industri.

Pusat ini mendukung penelitian dan pelatihan petani di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan—secara daring dan luring.

Penyuluh Pertanian Senior di Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, menekankan peran biochar dalam meningkatkan hasil panen, memperbaiki tanah yang terkontaminasi, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

“Biochar memperbaiki aerasi tanah, retensi air, dan aktivitas mikroba,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa biochar juga berpotensi untuk perdagangan karbon.

Dia menyoroti Biotron, biochar 3-in-1 yang dikembangkan Kementerian yang diperkaya dengan mikronutrien dan pupuk organik cair, yang kini didistribusikan ke petani di Kalimantan, Sumatra, dan Jawa.

Namun, Nursyamsi mencatat bahwa pengadaannya masih terbatas dan menyerukan dukungan lebih besar dari para pemangku kepentingan industri untuk memperluas adopsinya.

MEMBACA  Satu Minggu, Polisi Mengungkap Dua Kasus Pembunuhan Wanita di Kubu Raya Kalbar, Motifnya