Indonesia Berharap Forum Air Dunia ke-10 Menghasilkan Kebijakan yang Berdampak

Indonesia akan memimpin koordinasi pembentukan pusat keunggulan bersama negara-negara di Asia-Pasifik dan wilayah lainnya. Jakarta (ANTARA) – Indonesia berharap Forum Air Dunia ke-10 (WWF), yang dijadwalkan di Bali pada Mei 2024, akan menghasilkan kebijakan yang berdampak bagi negara-negara peserta, kata anggota komite penyelenggara nasional forum, Dwikorita Karnawati. Karnawati, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menginformasikan bahwa selama WWF ke-10, peserta akan membahas tema-tema yang berpusat pada iklim, air, pangan, energi, dan kesehatan, sambil mengaitkannya dengan politik. “Hasil diskusi ilmiah akan diuraikan, dijelaskan, dan diintegrasikan dengan politik sehingga wawasan ilmiah yang muncul dalam forum dapat diimplementasikan dalam masyarakat. Dengan begitu, negara-negara akan dapat menerjemahkan output forum menjadi kebijakan lebih mudah,” katanya di sini pada Selasa. Pejabat tersebut mencatat bahwa WWF ke-10 akan menyoroti tiga proses dalam diskusinya, yaitu tematik, regional, dan politik. Sebagai tuan rumah forum, Indonesia berencana mendorong menteri yang bertanggung jawab atas sumber daya air, iklim, pangan, energi, dan kesehatan untuk merumuskan deklarasi, tambahnya. Dia juga menginformasikan bahwa Indonesia akan mendorong negara-negara peserta untuk mendirikan Pusat Keunggulan tentang Air dan Ketahanan Iklim. “Indonesia akan memimpin koordinasi pembentukan pusat keunggulan bersama negara-negara di Asia-Pasifik dan wilayah lainnya. Ini adalah salah satu tujuan yang sedang kami kejar,” tegasnya. Forum Air Dunia 2024, dengan tema “Air untuk Kemakmuran Bersama,” dijadwalkan akan diselenggarakan di provinsi Bali pada tanggal 18-25 Mei. Setidaknya 30 ribu hingga 50 ribu peserta dari puluhan negara diharapkan akan mengikuti acara tersebut. WWF adalah pertemuan internasional terbesar yang mengumpulkan para pemangku kepentingan di bidang sumber daya energi, termasuk pemimpin politik, pemerintah, lembaga multilateral, politisi, akademisi, perwakilan masyarakat sipil, dan pelaku bisnis. Edisi perdana forum triwulanan tersebut berlangsung di Maroko pada tahun 1997.

MEMBACA  Indonesia dan Arab Saudi akan mencetak kembali salinan Quran dalam bahasa isyarat