Jakarta (ANTARA) – Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) menandai tonggak penting di tengah ketidakpastian global, kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dalam jumpa pers di Brussels pada Sabtu waktu setempat selama kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Belgia, Hartarto menyebut negosiasi perjanjian ini memasuki tahap akhir.
"Kita sudah masuk tahun ke-10 negosiasi IEU-CEPA, dengan lebih dari 19 putaran pembahasan. Semua masalah akan diselesaikan," ujarnya.
Hartarto mencatat bahwa perjanjian ini—yang memungkinkan produk Indonesia masuk pasar Eropa dengan tarif nol—diharapkan ditandatangani di Jakarta pada kuartal ketiga 2025. Tanggal pastinya akan diumumkan kemudian oleh Presiden Prabowo.
Dia menegaskan semua hambatan dalam proses negosiasi telah teratasi, meski ada tantangan akibat dinamika geopolitik global.
Hartarto juga menyatakan bahwa upaya Indonesia bergabung dengan OECD memperkuat posisinya sebagai mitra strategis Uni Eropa (EU).
Menurutnya, Indonesia dipandang memiliki prospek pertumbuhan ekonomi kuat di ASEAN, menjadikannya mitra kunci dan pemimpin dalam kerjasama regional.
Dia menekankan IEU-CEPA dirancang untuk menguntungkan kedua belah pihak.
Hartarto termasuk menteri yang mendampingi Presiden Prabowo, yang rencananya bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, dan Raja Philippe dari Belgia.
Menurut Kemenko Perekonomian, hubungan dagang EU-Indonesia tumbuh pesat dengan nilai mencapai US$30,1 miliar pada 2024.
Surplus perdagangan Indonesia dengan EU juga naik signifikan ke US$4,5 miliar di 2024—meningkat US$2,5 miliar dari tahun sebelumnya.
Berita terkait: [link 1]
Berita terkait: [link 2]
Penerjemah: Fathur Rochman, Raka Adji
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025