Pekanbaru, Riau (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan menyatakan bahwa kementeriannya sedang memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara yang terkena dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
“Negara-negara yang sering mengeluh adalah Singapura dan Malaysia. Ada juga Filipina. Kami terus menjaga komunikasi,” katanya setelah menggelar apel gabungan satuan tugas kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, pada hari Selasa.
Menurut Gunawan, asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Indonesia telah mengganggu kegiatan masyarakat di negara-negara tersebut.
Sebagian besar asap berasal dari beberapa daerah yang sering terkena kebakaran hutan, seperti Riau, Kepulauan Riau, Aceh, Kalimantan Tengah, dan Jambi.
Oleh karena itu, di bawah satuan tugas kebakaran hutan dan lahan, menteri dan semua lembaga saat ini sedang mempersiapkan upaya mitigasi kebakaran hutan di daerah-daerah tersebut.
Satuan tugas sedang melakukan upaya mitigasi sebelum daerah-daerah yang rentan terhadap kebakaran hutan memasuki musim kemarau panjang.
Terkait berita: BNPB memberikan bantuan peralatan pemadaman kebakaran hutan dan lahan ke Riau
Ia menegaskan bahwa, mulai 1 Mei 2025, satuan tugas akan melakukan beberapa langkah, seperti modifikasi cuaca yang ditujukan untuk hujan, pengeboman air, dan patroli helikopter untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Selain itu, Gunawan mengajak pemerintah daerah, masyarakat, dan perusahaan swasta untuk bekerja sama dalam memerangi kebakaran hutan dan lahan.
Ia mengatakan bahwa pemerintah negara-negara yang terkena kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia juga menawarkan bantuan untuk memadamkan api.
“Namun, kami percaya pada kemampuan kami sendiri, kami mampu. Insya Allah, kami akan belajar dari pengalaman sukses penanganan kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2023,” tambahnya.
Berita terkait: Riau menyatakan keadaan darurat kebakaran hutan dan lahan hingga Desember
Translator: Walda Marison, Raka Adji
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2025