Senin, 10 November 2025 – 01:02 WIB
Jakarta, VIVA – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menyampaikan bahwa siswa yang diduga sebagai pelaku membawa tujuh bahan peledak di SMAN 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Hal ini diketahui setelah aparat gabungan melakukan olah TKP usai insiden ledakan terjadi.
“Benar, ada tujuh peledak,” kata Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, saat dihubungi pada Minggu, 9 November 2025.
Mayndra menjelaskan, dari tujuh peledak yang dibawa tersangka siswa, empat diantaranya telah meledak di dua lokasi berbeda.
Sementara itu, tiga peledak yang tidak meledak telah disita oleh polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.
“Yang meledak ada empat di dua lokasi. Tiga lainnya tidak meledak,” ujarnya.
Meski begitu, Mayndra belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai jenis peledak yang menyebabkan 96 orang terluka tersebut.
Diketahui, seorang siswa SMAN 72 Jakarta menceritakan momen mencekam sesaat setelah ledakan terjadi di lingkungan sekolah pada Jumat, 7 November 2025 siang.
Menurut kesaksian yang disampaikan melalui keluarganya, siswa yang diduga sebagai pelaku sempat berusaha melarikan diri, namun usahanya itu gagal.
“Dia sempat mencoba lari dengan memanjat ke lantai dua, tapi saat mau kabur ke arah gerbang belakang, dia jatuh. Jadi bukan karena ditembak,” kata salah satu siswa SMAN 72 melalui keluarganya, seperti dikutip dari tvOnenews, Minggu 9 November 2025.
Saksi yang berada di dalam masjid sekolah saat dua ledakan terjadi secara beruntun mencoba berlari keluar menyelamatkan diri ke area depan sekolah. Dalam keadaan panik, ia sempat melihat terduga pelaku tergeletak di dekat pintu belakang sekolah.
“Iya, (terduga pelaku ditemukan) di dekat pintu belakang, antara belakang dan kantin. Di sana ada semacam lorong tempat anak-anak biasa nongkrong saat istirahat,” ujarnya.
Kapolri Pastikan Pelaku Merupakan Siswa SMAN 72
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa pelaku merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut.
“Terduga pelaku saat ini merupakan salah satu siswa di SMA tersebut. Sementara untuk yang dirawat di ICU memang membutuhkan perawatan khusus, tidak boleh berinteraksi dengan masyarakat luas sehingga tidak terjadi potensi peradangan atau infeksi,” ujar Kapolri usai menjenguk para korban di RS Islam Cempaka Putih.