Google AI PHK Ratusan Karyawan, Isu Upah dan Serikat Buruh Menjadi Sorotan

Jakarta, VIVA – Industri kecerdasan buatan (AI) lagi berkembang sangat pesat, termasuk di perusahaan teknologi besar kayak Google. Tapi, di balik semua inovasi itu, nasib para pekerja kontrak yang justru berperan besar buat latih dan perbaiki sistem AI malah beda.

Baca Juga :


Fintech Ini Menyesal PHK Ribuan Karyawan Gara-gara AI

Ratusan pekerja yang sebelumnya terlibat dalam pengembangan produk AI Google kayak Gemini dan AI Overviews, sekarang menghadapi kenyataan pahit: di-PHK secara tiba-tiba.

Fenomena ini nunjukin ketegangan antara teknologi, tenaga kerja, dan perusahaan besar. Di satu sisi, AI makin dibutuhin buat bikin produk yang pintar dan relevan buat pengguna.

Baca Juga :


Industri Rokok Terancam PHK Massal, DPR Desak Pemerintah Bertindak Cepat

Di sisi lain, pekerja manusia yang ngajarin “akal sehat” ke sistem itu malah menghadapi kondisi kerja yang nggak pasti. Mulai dari persoalan upah, keamanan kerja, sampai usaha buat berserikat, sekarang jadi sorotan global.

Lebih dari 200 kontraktor yang kerja buat evaluasi dan perbaiki produk AI Google, dipecat tanpa peringatan dalam setidaknya dua gelombang PHK bulan lalu. Ini terjadi pas lagi ada konflik berkelanjutan soal upah dan kondisi kerja.

Baca Juga :


Kasus Korupsi Chromebook, Kejagung Diminta Periksa Google

Dalam beberapa tahun terakhir, Google telah outsourcing pekerjaan rating AI, termasuk ngevaluasi, ngedit, atau nulis ulang respons chatbot Gemini supaya lebih manusiawi, ke ribuan kontraktor yang direkrut perusahaan GlobalLogic milik Hitachi dan penyedia outsourcing lain.

Para pekerja nuduh kalau pemutusan kerja ini juga usaha buat bungkam protes. “Saya baru aja di-PHK tiba-tiba,” kata Andrew Lauzon, yang dapet email pemutusan kerja tanggal 15 Agustus, seperti dikutip dari Wired, Selasa, 16 September 2025.

MEMBACA  Bangun Perusahaan Patungan PT IBC & CBL International untuk Manufaktur Sel Baterai

“Saya tanya alasannya, dan mereka bilang cuma pengurangan proyek, apapun itu artinya,” tambahnya.

Andrew sendiri gabung dengan GlobalLogic pada Maret 2024, dengan tugas mulai dari ngevaluasi output AI sampe nyusun berbagai prompt untuk model. “Gimana kita bisa merasa aman di pekerjaan ini kalau kita tau bisa dipecat kapan aja?” ujarnya.

Kekhawatiran makin besar karena para pekerja menduga sistem AI justru lagi dilatih buat gantikin mereka. Dokumen internal yang nyebar juga nunjukin GlobalLogic pake penilaian manusia buat latih sistem Google AI yang nantinya bisa ngevaluasi secara otomatis.

Selain itu, pekerja juga menghadapi kebijakan baru yang dianggap memberatkan, termasuk kewajiban balik ke kantor di Austin, Texas. Kebijakan ini pengaruhin mereka yang punya keterbatasan finansial, disabilitas, atau tanggung jawab keluarga.

Walaupun nanganin pekerjaan yang dianggap berisiko tinggi, delapan pekerja yang diwawancara ngaku digaji rendah, tanpa kepastian kerja, dan dalam kondisi yang nggak mendukung. Dua di antaranya bahkan udah ngajuin pengaduan ke National Labor Relations Board, nuduh dipecat secara nggak adil.

Lebih lanjut, Google tegaskan kalau para pekerja itu bukan karyawan Alphabet. “Mereka ini adalah karyawan GlobalLogic atau subkontraktornya, bukan Alphabet,” kata juru bicara Google, Courtenay Mencini.

“Sebagai pemberi kerja, GlobalLogic dan subkontraktornya yang bertanggung jawab atas pekerjaan dan kondisi kerja karyawan mereka. Kami anggap serius hubungan dengan pemasok dan audit perusahaan yang kerja sama dengan kami berdasarkan Kode Etik Pemasok.”

“Kami sebagai penilai memainkan peran yang sangat penting, soalnya para insinyur yang sibuk ngutak-atik kode nggak akan punya waktu buat nyempurnain dan dapetin feedback yang bot butuhkan. Kami kayak penjaga pantai, ada buat memastikan nggak ada hal buruk yang terjadi,” kata Alex, seorang generalist rater.

MEMBACA  Uji Kekuatan Toyota Innova BEV hingga Ratusan Ribu Km

“Saya sekarang lebih fokus ke hitungan waktu daripada hal lain, pekerjaan yang tadinya menantang pikiran sekarang jadi membosankan,” katanya. Dia juga ngaku sering diancam bakal dipecat kalo nggak penuhi target.

Usaha pekerja buat berserikat juga dikatakan ditekan. Ricardo Levario, salah satu super rater, bilang kalo mereka mulai bangun gerakan serikat itu secara diam-diam.

Jumlah anggota yang awalnya 18, sempet naik jadi 60 pada Februari 2024. Tapi, sejak itu, akses ke saluran komunikasi internal dibatesin, dan beberapa pekerja dipecat karena dituduh langgar kebijakan.

Situasi ini nggak cuma terjadi di Amerika Serikat. Di berbagai belahan dunia, pekerja kontrak AI juga lagi berjuang. Contohnya, sekelompok pekerja label data di Kenya, bentuk Data Labelers Association buat perjuangkan upah yang lebih baik dan minta dukungan kesehatan mental.

Halaman Selanjutnya

Pekerja menuding bahwa pemutusan kerja ini juga merupakan upaya membungkam protes. “Saya baru saja diputus begitu saja,” kata Andrew Lauzon, yang menerima email pemutusan kerja pada 15 Agustus, sebagaimana dikutip dari Wired, Selasa, 16 September 2025.