Selasa, 16 September 2025 – 15:06 WIB
Jakarta, VIVA – Perusahaan fintech ini menyesal telah melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap ribuan karyawannya untuk digantikan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Hal ini terjadi pada tahun 2024, saat fintech asal Swedia, Klarna, memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan ribuan karyawan dan menggantikannya dengan AI.
Belum sampai satu tahun masa transisi, kini mereka menyesal. Akibatnya, Klarna kembali membuka lowongan kerja dengan memasang pengumuman di situs web resmi perusahaan.
Keputusan ini diungkapkan oleh CEO Klarna, Sebastian Siemiatkowski, seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 16 September 2025.
Menurut Siemiatkowski, perusahaannya terlalu berlebihan dalam menggunakan AI untuk memotong biaya operasional, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat pengambilan keputusan.
Dalam praktiknya, Klarna memangkas ribuan karyawan dan bahkan menghentikan kerja sama dengan vendor seperti Salesforce karena ingin beralih ke AI untuk membuat kampanye pemasaran.
Siemiatkowski mengaku mengurangi jumlah karyawan menjadi 3.800 orang dari sebelumnya 5.000 orang pada tahun lalu. Namun, PHK diperkirakan berlanjut seiring gencarnya penggunaan AI di Klarna.
Fintech ini kemudian menggunakan chatbot AI untuk menangani berbagai pertanyaan pelanggan. Chatbot ini bekerja menggantikan sekitar 700 karyawan sebelumnya.
Kinerja alat AI Klarna terbilang cepat, dengan waktu penyelesaian rata-rata dua menit dari sebelumnya 11 menit.
Pada Mei 2025, Klarna juga memanfaatkan avatar AI untuk Siemiatkowski, agar dapat memaparkan pendapatan kuartalan perusahaan.
Bahkan, avatar ini juga digunakan di layanan hotline, sehingga pelanggan merasa sedang berbicara dengan bos sungguhan dari Klarna, karena dilatih dengan suara, wawasan, serta pengalaman Siemiatkowski.
Secara umum, upaya itu memang menghemat anggaran perusahaan hingga sekitar $2 juta (Rp32,7 miliar).
Namun, penggunaan AI ternyata tidak begitu membantu meningkatkan produktivitas Klarna maupun kualitas produk bagi pelanggan.
"Kami mungkin agak terlalu jauh (dalam menggunakan AI), sehingga dalam enam bulan terakhir kami mencoba memperbaikinya. Nilai penghematan dari AI juga tidak terlalu berarti bagi investor. Mereka tidak akan senang begitu saja. Mereka pasti mengharapkan pertumbuhan dan melihat apa yang kami tawarkan ke pelanggan serta bagaimana kinerjanya," jelas dia.
Kini, Klarna memasang lebih dari dua lusin lowongan pekerjaan untuk merekrut karyawan kembali. Siemiatkowski juga menekankan untuk lebih fokus pada peningkatan produktivitas dan kualitas produk bagi pelanggan dan klien.