Film Kiblat mendapat protes karena dianggap mengeksploitasi agama. Foto/Leo Pictures
JAKARTA – Ada beberapa film Indonesia yang dilarang untuk diputar di bioskop, baik oleh lembaga resmi pemerintah maupun lembaga kemasyarakatan.
Film-film tersebut mendapat penolakan dari sebagian masyarakat karena berbagai alasan. Mulai dari dianggap mengandung konten yang terlalu vulgar, terlalu sadis, dianggap memecah belah masyarakat, hingga dianggap mengeksploitasi agama tertentu.
Beberapa nama yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia juga terlibat dalam produksi film-film tersebut, seperti Ria Ricis dan aktor terkenal Reza Rahadian. Namun demikian, hal ini tidak membuat film-film tersebut bisa diputar di bioskop. Berikut ulasannya.
Daftar Film Indonesia yang Diprotes atau Dilarang Tayang di Bioskop
1. Kiblat (2024)
Foto: Leo Pictures
Film horor yang dibintangi oleh Ria Ricis ini mendapat respons negatif dari masyarakat, termasuk dari Majelis Ulama Indonesia (UI). Alasannya adalah karena dianggap mengeksploitasi agama.
Kiblat direncanakan untuk tayang pada tahun 2024. Lembaga Sensor Film (LSF) menjelaskan bahwa film ini belum lulus sensor meskipun sudah diajukan sejak bulan Februari. LSF masih menunggu perbaikan dari pemilik film tersebut.
Cerita Kiblat berlatarkan di sebuah padepokan dengan banyak kejanggalan. Di sana, tidak terdengar azan, dan kiblat berubah saat salat. Selain itu, orang yang salat juga tubuhnya tiba-tiba terbalik.
2. Pocong (2006)
Foto: SinemArt Pictures
Film horor lain yang tidak boleh tayang di bioskop adalah Pocong. Film yang menceritakan asal-usul pocong ini tidak lolos sensor LSF. Alasannya karena banyak menampilkan kerusuhan Mei 1998 yang terkait dengan isu SARA hingga kekerasan seksual.
Meskipun begitu, sekuelnya, Pocong 2, berhasil ditayangkan dan sukses di bioskop. Pada tahun 2019, Pocong the Origin juga dirilis sebagai adaptasi dari film pertama tanpa unsur kerusuhan Mei 1998.
3. Parts Of the Heart (2012)
Foto: Kinekuma Pictures
Film ini menceritakan seorang pria yang tertarik pada sesama jenis, bahkan setelah menikah, ia tetap memiliki ketertarikan pada pria lain. Melihat sinopsis film ini, tidak heran mengapa film ini dilarang tayang di bioskop Indonesia.
Meskipun demikian, film ini sempat ditayangkan dalam festival film di Indonesia dengan penonton terbatas. Selain itu, film ini juga mendapat sambutan baik di luar negeri, termasuk diputar di Festival Film Internasional Rotterdam 2012.
4. Jagal (2012)
Foto: Final Cut for Real
Film dokumenter berjudul The Act of Killing ini mengambil sudut pandang kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh para preman terhadap mereka yang diduga terlibat dalam PKI. Mereka dianggap sebagai pahlawan daripada pembunuh.
Film ini juga dilarang tayang di bioskop Indonesia karena isunya yang sensitif. Meski begitu, film ini sempat diputar dalam forum-forum tertentu di dalam negeri. Film ini juga mendapat banyak penggemar di luar negeri dan meraih penghargaan British Academy Film and Television Arts Awards 2013.
5. Prison and Paradise (2010)
Foto: via Indonesian Film Center
Film ini masuk dalam nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik Piala Citra 2011 namun terpaksa dicabut karena tidak lolos sensor LSF.
Film yang mengisahkan kisah tragis Bom Bali dari perspektif teroris ini mendapat banyak kecaman. Alasannya adalah film ini dianggap sebagai propaganda yang dapat menyesatkan masyarakat Indonesia. Meski begitu, film ini diakui sebagai nomine film dokumenter terbaik FFI.