Fadli Zon Dikritik karena Ungkap Pemerkosaan Massal 1998 Hanya Isu, Dinilai Menyakitkan Korban

Selasa, 17 Juni 2025 – 02:10 WIB

Jakarta, VIVA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Badan Persaudaraan Antariman (DPP BERANI), Pdt. Lorens Manuputty, menyatakan keprihatinannya atas pernyataan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang dinilai melukai korban tragedi Mei 1998. Menurutnya, pernyataan Fadli bukan cuma salah tapi juga menyakiti nilai-nilai kemanusiaan.

“Pernyataan Menteri Budaya Fadli Zon bukan cuma kekeliruan, tapi pengingkaran fakta sejarah yang sudah diakui resmi. Ini sangat menyakiti korban yang masih trauma dan merusak nurani bangsa,” kata Lorens, Senin, 16 Juni 2025.

Baca Juga:
Fadli Zon Bilang Pemerkosaan Massal 1998 Hanya Rumor, Istana Bicara

Ketua Umum BERANI PKB, Lorens Manuputty

Lorens menegaskan, Tragedi Mei 1998 adalah bagian penting sejarah Indonesia yang harus diakui. Meski pahit, pengakuan atas peristiwa itu penting untuk tegakan keadilan dan cegah terulangnya kekerasan serta pelanggaran HAM di masa depan.

“Bangsa yang dewasa berani akui kesalahan masa lalu. Pengingkaran cuma memperdalam luka korban,” ujarnya.

DPP BERANI menyerukan seluruh pejabat dan elemen bangsa untuk bijak dalam menanggapi tragedi kemanusiaan ini.

“Pengingkaran fakta sejarah bukan jalan rekonsiliasi. Hanya dengan kejujuran, keadilan, dan pengakuan pada penderitaan korban, bangsa ini bisa pulih dan jadi lebih beradab,” tambahnya.

Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pada 23 Juli 1998 mencatat adanya kekerasan seksual massal saat kerusuhan Mei 1998. Laporannya menyebut 52 korban pemerkosaan, 14 korban pemerkosaan dengan penganiayaan, 10 korban penganiayaan seksual, dan 9 korban pelecehan seksual. Mayoritas korbannya adalah perempuan etnis Tionghoa.

“Data ini bukan cuma angka, tapi penderitaan nyata yang banyak belum dapat keadilan. Pernyataan yang meremehkan tragedi ini berarti mengabaikan luka bangsa sendiri,” tegas Lorens.

MEMBACA  Mengkaji Risiko dan Peluang saat UMKM memanfaatkan teknologi untuk memimpin pertumbuhan

Sebelumnya, Fadli Zon mempertanyakan kebenaran pemerkosaan massal Mei 1998. Ia menyebut laporan TGPF hanya berisi angka tanpa data pendukung kuat seperti nama, waktu, atau pelaku.

“Perlu kehati-hatian karena menyangkut kebenaran dan nama baik bangsa. Jangan sampai kita mempermalukan diri sendiri,” kata Fadli di akun X-nya, 16 Juni 2025.

Fadli mengecam kekerasan seksual pada perempuan di masa lalu namun menekankan pentingnya verifikasi fakta sebelum menyebut “pemerkosaan massal”.

Baca Juga:
Pernyataan Fadli Zon Soal Pemerkosaan Massal 1998 Dikritik, Ini Klarifikasinya

Komnas HAM Sindir Fadli Zon: Pemerkosaan Termasuk dalam Kerusuhan Mei 1998
VIVA.co.id
16 Juni 2025