Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menegaskan bahwa diversifikasi pasar ekspor adalah strategi pemerintah untuk memperluas jangkauan perdagangan, bukan sekadar respons terhadap kebijakan tarif reciprok Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Kami sedang melakukan diversifikasi pasar ekspor. Oleh karena itu, ini bukan respons terhadap kebijakan Trump. Kami telah melakukannya untuk waktu yang cukup lama,” ungkap Putri dalam sebuah acara pada Jumat (25 April).
Wakil menteri tersebut menyatakan bahwa pemerintah terus memperluas kerja sama melalui beberapa perjanjian perdagangan, seperti Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan berbagai negara.
Putri menegaskan bahwa negara tujuan termasuk Australia, Korea Selatan, wilayah Afrika, dan Timur Tengah, dengan tujuan membuka akses pasar baru bagi produk Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di tingkat internasional.
“Ini adalah mitra perdagangan non-konvensional, tetapi kami melihat potensi di pasar ini,” tambahnya.
Dia menyatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki 21 perjanjian perdagangan dengan berbagai negara mitra, bersama dengan 16 perjanjian lainnya yang sedang dalam negosiasi untuk memperluas peluang ekspor nasional.
Wakil menteri tersebut menyoroti CEPA Indonesia-Kanada sebagai perjanjian penting, mencatat potensi untuk memberikan akses ke pasar dengan 51 juta penduduk dan produk bersertifikat halal dengan PDB senilai US$2,2 triliun.
“Industri halal adalah industri besar dan memiliki potensi besar bagi Kanada,” katanya.
Selain itu, Putri mengatakan Presiden Pabowo Subianto dan Presiden Peru Dina Ercilia Boluarte Zegarra telah mengumumkan CEPA Indonesia-Peru sebagai suatu kesepakatan yang telah mencapai tahap penyelesaian substansial, membuka jalan untuk peningkatan ekspor produk seperti minyak kelapa sawit, karet, farmasi, dan tekstil.
Putri mencatat bahwa pemerintah juga sedang mendorong penyelesaian perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa, dengan nilai PDB sebesar US$18,6 triliun, dan terbuka untuk produk ramah lingkungan dari Indonesia.
Dia menyatakan bahwa komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris juga mendukung kerja sama ini karena sedang berupaya untuk memperluas ekspor produk berkelanjutan seperti mebel, tekstil, dan teknologi energi baru dan terbarukan.
“Kami memiliki pasar yang berkelanjutan di Uni Eropa. Pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk membuka akses bagi masa depan yang berkelanjutan,” tutupnya.
Berita terkait: Wakil menteri menjabarkan langkah-langkah ekspansi pasar ekspor Indonesia
Berita terkait: Indonesia dorong forum perdagangan untuk meningkatkan ekspor UMKM ke luar negeri
Translator: Muhammad Harianto, Resinta Sulistiyandari
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025