Dilarang, Kembali Diizinkan oleh Donald Trump

Jumat, 19 September 2025 – 15:39 WIB

Washington DC, VIVA – Perjalanan TikTok di Amerika Serikat (AS) penuh lika-liku. Aplikasi video dari China ini telah melalui perjalanan panjang sejak diluncurkan, mulai dari sempat diblokir di Indonesia pada tahun 2018 hingga akhirnya terancam ditutup di AS.

Kini, kemungkinan besar TikTok gak jadi dilarang di AS. Ini terjadi setelah Presiden Donald Trump hampir mencapai kesepakatan dengan investor lokal yang akan mengambil alih kepemilikan aplikasi dari ByteDance Technology tersebut.

Versi awal TikTok, yaitu Douyin, pertama kali diluncurkan di pasar China pada tahun 2016. Setahun kemudian, aplikasi ini baru hadir secara global.

Pada 2018, ByteDance secara resmi mengakuisisi aplikasi dari AS, Flipgram, dan aplikasi lip-sync populer Musical.ly. Penggabungan dengan Musical.ly inilah yang mendorong TikTok berkembang ke pasar internasional, termasuk Indonesia.

Namun, di tahun yang sama, pemerintah Indonesia melalui Kemenkominfo sempat memblokir TikTok. Alasannya, karena aplikasi ini dianggap memuat konten pornografi, penistaan agama, dan konten negatif lainnya.

Larangan itu cuma bertahan sekitar seminggu. TikTok akhirnya diizinkan kembali setelah berkomitmen untuk menghapus konten-konten bermasalah dan membuka kantor perwakilan di Jakarta.

Popularitas TikTok terus menanjak. Pada 2019, unduhan globalnya sudah mencapai 1 miliar, dan melonjak jadi 2 miliar pada tahun berikutnya.

Tapi, seiring pertumbuhannya, aplikasi ini mulai diawasi dengan ketat oleh beberapa negara.

Misalnya, India melarang TikTok pada tahun 2020 dengan alasan keamanan nasional, setelah terjadi bentrokan di perbatasan dengan China.

AS, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, juga sangat memperhatikan TikTok. Kekhawatiran terbesar mereka adalah data pengguna bisa diakses oleh pemerintah China.

Pada Agustus 2020, Trump bahkan menandatangani perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan ByteDance. Dia juga mendesak agar operasi TikTok di AS dialihkan ke pemilik lokal.

MEMBACA  "Bersedekah untuk Alam dan Merawat Bumi" atau "Beramal demi Kelestarian Alam dan Pelestarian Bumi" Pilih yang sesuai dengan nuansa yang diinginkan!

Beberapa perusahaan teknologi AS, seperti Microsoft dan Oracle, sempat bernegosiasi untuk membeli bisnis TikTok di AS.

Walaupun negosiasi berlarut-larut, ByteDance berhasil mempertahankan operasinya. Mereka juga menghadapi berbagai tuntutan hukum dan investigasi terkait perlindungan data anak-anak.

Tekanan terhadap TikTok semakin kuat. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada tahun 2024 menandatangani undang-undang yang mewajibkan ByteDance untuk menjual aset TikTok di AS paling lambat Januari 2025. Jika tidak, aplikasi itu akan dilarang di toko aplikasi dan layanan internet AS.

TikTok sempat hilang dari App Store dan Google Play di AS pada Januari 2025. Tapi, sehari kemudian aplikasi ini kembali aktif. Ini terjadi setelah Donald Trump yang terpilih kembali sebagai Presiden menyatakan akan mencari solusi untuk TikTok.

Sejak itu, batas waktu penjualan berkali-kali diperpanjang. Hingga akhirnya, pada pertengahan September 2025, pemerintah AS dan China mencapai kesepakatan awal dalam perundingan di Madrid, Spanyol.

Kedua negara setuju untuk mengalihkan kepemilikan TikTok di AS ke investor lokal. Pengumuman resminya akan dilakukan setelah Trump dan Presiden China Xi Jinping berbicara langsung.

Donald Trump menegaskan bahwa TikTok tidak akan ditutup di Amerika Serikat. Tenggat waktunya diperpanjang hingga 16 Desember 2025. Dengan sekitar 170 juta pengguna di AS, TikTok sejauh ini berhasil menghindari ancaman penutupan.

Halaman Selanjutnya
Akan tetapi, seiring pertumbuhan tersebut, aplikasi ini mulai mendapat pengawasan ketat di sejumlah negara.